NEWS

Atasi Tantangan Global, Menlu Ungkit Paradigma Kolaborasi di PBB

Tantangan global silih berganti, tapi dunia justru terbelah.

Atasi Tantangan Global, Menlu Ungkit Paradigma Kolaborasi di PBBMenlu Retno LP Marsudi saat berbicara di Sidang Majelis Umum PBB ke-77, di New York, Amerika Serikat,. (dok. Humas Kemlu)
27 September 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Indonesia menawarkan konsep paradigma kolaborasi dalam menghadapi berbagai tantangan global, seperti pandemi yang belum usai, krisis global, konflik geoplitik, dan perekonomian dunia yang suram. 

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, menjelaskan paradigma baru ini di hadapan Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-77, di Amerika Serikat. “Paradigma win-win, bukan zero-sum. Paradigma merangkul, bukan mempengaruhi. Paradigma kolaborasi, bukan kompetisi. Ini adalah solusi tansformatif yang kita butuhkan,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Selasa (27/9).

Menurutnya, paradigma ini diperlukan seluruh negara di dunia dalam menyikapi kondisi global terkini yang penuh tantangan. “Krisis pun datang silih berganti, dari pangan, energi, hingga perubahan iklim. Seharusnya dunia bersatu untuk mengatasinya, namun sayangnya, dunia justru terbelah, sehingga menyulitkan kita berupaya mengatasi kondisi ini,” kata  Retno.

Ia meyakini paradigma kolaborasi akan membuat dunia jadi lebih baik. Kini, tindakan akan lebih berguna daripada hanya sekadar berbicara.

Semangat perdamaian

Ilustrasi perdamaian.
Ilustrasi perdamaian. (Pixabay/geralt)

Retno mengatakan, ada sejumlah alasan yang membuat paradigma kolaborasi menjadi penting dan relevan dengan situasi dunia saat ini.

Urgensi pertama, untuk menyalakan kembali spirit perdamaian. Ia menilai saat ini ada ketidakpercayaan antarnegara (trust deficit) yang bisa memicu kebencian serta ketakutan. Hal ini bahaya, karena dapat membawa hubungan antarnegara pada konflik.

Menurut Retno, trust deficit harus diubah jadi kepercayaan strategis (strategic trust). Ini diawali dengan penghormatan terhadap hukum internasional. Prinsip kedaulatan dan integritas wilayah tidak bisa ditawar.

"Prinsip-prinsip ini harus senantiasa ditegakkan. Penyelesaian masalah secara damai harus menjadi satu-satunya solusi untuk setiap konflik,” katanya.

Salah satu contoh implementasi paradigma kolaborasi terkait upaya mengatasi isu Palestina dan Afghanistan. “Indonesia akan terus bersama Palestina dalam perjuangkan kemerdekaannya, sedangkan untuk Afghanistan Indonesia berkomitmen membantu memperjuangkan hak dan akses pendidikan bagi perempuan di Afghanistan,” ujarnya. 

Tanggung jawab pemulihan global

Ilustrasi resesi ekonomi global.
Ilustrasi resesi ekonomi global. (Pixabay/Elchinator)

Related Topics