NEWS

Bank Dunia: Indonesia Bisa Lepas dari Ancaman Resesi Ekonomi Global

Penyebabnya lonjakan harga ekspor komoditas

Bank Dunia: Indonesia Bisa Lepas dari Ancaman Resesi Ekonomi GlobalIlustrasi resesi ekonomi global. (Pixabay/Elchinator)
09 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Bank Dunia menyebutkan, Indonesia bisa lepas dari ancaman resesi ekonomi global. Ekonomi Indonesia pun diproyeksikan tetap tumbuh 5,1 persen pada 2022, bahkan diperkirakan bisa mencapai 5,3 persen pada 2023.

Melansir laporan prospek ekonomi global Juni 2022 pada Kamis (9/6), Bank Dunia menyebutkan bahwa pertumbuhan positif yang akan dicatatkan perekonomian Indonesia berkat kontribusi harga ekspor komoditas yang melonjak. “Pertumbuhan secara umum didukung oleh harga ekspor komoditas yang lebih tinggi di Indonesia dan Malaysia,” tulis Bank Dunia dalam laporan tersebut.

Seperti diketahui, salah satu komoditas ekspor yang tercatat mengalami kenaikan harga adalah olahan biji nikel. Hal ini terjadi akibat situasi geopolitik perang Rusia-Ukraina. Dus, harga tinggi ini membawa keuntungan bagi Indonesia, terutama dalam peningkatan penerimaan negara dari kegiatan ekspor.

Walau begitu, masih ada berbagai sentimen global yang perlu menjadi perhatian. Apa saja?

Resesi ekonomi global yang di depan mata

Presiden Bank Dunia, David Malpass.
Presiden Bank Dunia, David Malpass. (Shutterstock/LCV)

Presiden Bank Dunia, David Malpass, menyampaikan bahwa resesi ekonomi global sudah di depan mata. Sebagian besar negara di dunia pun diperkirakan akan kesulitan menghadapi kemunduran perekonomian akibat resesi global ini.

David mengatakan bahwa penyebab resesi global ini adalah inflasi yang melonjak tajam di berbahgai negara–disebut stagflasi. “Perang di Ukraina, lockdown di Cina, disrupsi rantai pasok, dan risiko dari stagflasi memukul pertumbuhan ekonomi. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari,” katanya dalam laporan Bank Dunia.

Melihat situasi pasar ke depan, David berpendapat bahwa produksi harus terus didorong dan pembatasan perdagangan sebisa mungkin dihindari. “Perubahan dalam kebijakan fiskal, moneter, iklim, dan utang diperlukan untuk menghadapi kesalahan penempatan modal dan ketidaksetaraan,” katanya.

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan turun

ilustrasi : inflasi
Shutterstock/Luis A. Orozco

Related Topics