Bertemu Presiden Jerman, Jokowi Bahas Peningkatan Kerja Sama Ekonomi
Terutama terkait sektor energi terbarukan.
Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (16/6). Sejumlah topik dibahas dalam pertemuan tersebut, salah satunya isu bilateral yang berfokus pada kerja sama ekonomi.
Jokowi mengatakan, pertemuan ini menunjukkan hubungan baik Indonesia dengan Jerman, apalagi Jerman adalah Ketua dari G7 dan Indonesia saat ini mendudukin Presiden G20. “Pertemuan bilateral tadi berlangsung sangat bersahabat dan produktif,” ujarnya seperti dipantau dalam siaran daring di YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (16/6).
Topik yang dibahas dalam pertemuan kedua pemimpin negara ini cukup beragam, namun memiliki fokus pada sektor ekonomi, terutama yang terkait dengan pemanfaatan energi terbarukan. Berikut ini adalah 5 hal yang menjadi topik bahasan utama dari pertemuan bilateral tersebut.
Kerja sama industri 4.0
Dalam keterangannya, Jokowi mengungkapkan bahwa topik pertama yang dibicarakan berkenaan dengan pentingnya kerja sama di Industri 4.0, khususnya percepatan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Menuut Jokowi, kedua negara sudah siap menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang merupakan kerja sama antara Kementerian Perindustrian dengan Deutsche Messe AG dan dengan Infineon AG.
“Selain itu, Indonesia akan menjadi partner country Hannover Messe pada tahun 2023, setelah juga berpartisipasi di pameran industri 4.0 di Hannover Messe tahun 2022 ini,” ujarnya.
Investasi industri berteknologi tinggi
Kedua, Jokowi menyampaikan bahwa dirinya mengundang Jerman untuk menanamkan investasi di Indonesia, khususnya dalam industri berteknologi tinggi seperti kendaraan listrik, mulai dari hulu sampai hilir.
Kepada Presiden Jerman, Jokowi kembali menawarkan untuk membangun German Industrial Quarter di salah satu kawasan industri di Indonesia. “Saya mengajak industri Jerman untuk mengembangkan pabrik semikonduktor di Indonesia dan menjadikan industri ini bagian dari rantai pasok chip global, dan untuk berinvestasi di kawasan-kawasan industri hijau di Indonesia,” katanya.
Penguatan kerja sama perubahan iklim
Berikutnya, kerja sama terkait isu perubahan iklim juga perlu diperkuat. Kepala Negara mengajak pemerintah Jerman untuk menjadi mitra Indonesia dalam mengolah potensi-potensi sumber-sumber energi baru terbarukan di Indonesia.
Ia menghargai dukungan Jerman dalam pembangunan Green Infrastructure Initiative senilai 2,5 miliar Euro, pembangunan pusat mangrove dunia yang baru saja diresmikan beberapa hari yang lalu.
"Kemudian integrasi transmisi hijau di Sulawesi Utara senilai 150 juta Euro, serta pilot project pengembangan energi geotermal senilai 300 juta Euro,” ujarnya.
Transisi energi yang jadi prioritas
Bahasan keempat adalah kerja sama yang berhubungan dengan posisi Jerman sebagai ketua G7 dan Indonesia sebagai Presiden G20. Terkait hal ini, kata Jokowi, Indonesia dan Jerman punya prioritas yang sama, yakni soal transisi energi.
Untuk itu, Jokowi berharap Jerman dan negara-negara G7 mau saling berbagi pengetahuan dan teknologi dalam percepatan transisi energi menuju pemanfaatan energi baru terbarukan.
Ia juga berharap G7 mau lebih banyak berkontribusi dalam hal pendanaan. “Saya mengajak Jerman untuk mendukung pembentukan energy transition financing dan pasar karbon di Indonesia, serta kerja sama riset di bidang energi hidrogen dan mobil listrik,” katanya.
Terkait isu kawasan dan global
Yang terakhir, pertemuan bilateral ini membahas berbagai persoalan yang terkait dengan isu kawasan dan global, seperti perang Rusia-Ukraina maupun kerja sama di kawasan Indo-Pasifik.
“Saya menyampaikan kembali posisi konsisten Indonesia mengenai pentingnya penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah. Untuk itu, prinsip-prinsip dan hukum internasional harus dipatuhi secara konsisten, dan budaya damai serta saling menghormati, serta semangat kerja sama perlu terus diperkuat,” ujar Jokowi.
Presiden juga mendorong penguatan kerja sama mengatasi dampak perang Ukraina, khususnya terhadap pangan dan energi.
Terkait kerja sama di kawasan Indo-Pasifik, Jokowi menekankan tentang pentingnya mewujudkan arsitektur kawasan yang inklusif. “Yang mengedepankan semangat kolaborasi, bukan pembendungan atau containment di Indo-Pasifik dalam spirit kerja sama multilarisme dan perdamaian,” tuturnya.