NEWS

Satgas Terapkan Kebijakan Adaptif untuk Cegah Kasus Impor Covid ke RI

Syarat pelaku perjalanan mengacu SE nomor 7 Tahun 2022.

Satgas Terapkan Kebijakan Adaptif untuk Cegah Kasus Impor Covid ke RIJuru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito. (dok. Satgas Penanganan Covid-19)
24 February 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan bahwa Indonesia sudah cukup adaptif dalam menerapkan peraturan sesuai dengan perkembangan pandemi Covid-19 sehingga mengurangi urusan teknis di lapangan 

Namun, untuk menjaga keselamatan masyarakat, kebijakan berlapis menurutnya tetap diberlakukan, terutama untuk mencegah masuknya kasus Covid-19 dari luar negeri. 

“Untuk memastikan mau menghadapi varian Delta, Omicron, atau apapun nanti variannya pertama kami memastikan jangan sampai terjadi imported case ke Indonesia,” ucapnya saat diskusi Rapat koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana, Rabu (23/2).

Sesuai SE nomor 7 Tahun 2022, para pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) diberi syarat memiliki hasil tes PCR 2x24 jam sebelum berangkat ke Indonesia. Sesampainya di Indonesia, mereka pun harus mengikuti entry and exit test sesuai aturan yang berlalu. Berikutnya, karantina akan diberlakukan antara 7, 5, atau 3 hari, tergantung vaksinasi yang sudah didapat, termasuk booster. 

“Itu adalah cara kita untuk memastikan, mempertahankan negara, dan masyarakat, agar tidak tertular dari kasus dari luar negeri,” kata Wiku menjelaskan.

Pembatasan untuk pelaku perjalanan dalam negeri

Pemerintah juga berencana membatasi para pelaku perjalanan dalam negeri, mengingat kasus Covid-19 cukup meningkat di sejumlah Provinsi, kendati angka kasus di beberapa Provinsi lain sudah mulai melandai.

“Hanya orang yang sehat saja yang boleh bepergian, dan itu ada screening-nya berupa test PCR atau antigen. Sehingga, hanya orang sehat yang sudah divaksinasi yang boleh malakukan perjalanan antar daerah,” ujar Wiku.

Kolaborasi untuk menghadapi penyebaran

Menurut Wiku, untuk memastikan upaya ini berjalan dengan baik, dibutuhkan kerja sama antara semua pihak, baik otoritas bandara, pelabuhan, dan perlintasan batas, harus dapat memastikan aturan yang ada diterapkan dengan benar. Hal ini termasuk upaya koordinasi Pentahelix yang sudah diterapkan dari awal pandemi.

“Harapannya, agar kasusnya tidak menular ke daerah lainnya. Pasti berawal dari imported case, lalu pintu masuk di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa yang padat penduduknya. Berikutnya, menyebar ke daerah lainnya,” kata Wiku.

Bila semua aturan diterapkan dengan ketat, diharapka jumlah penambahan kasus akan terkendali disusul situasi kondusif untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Masalah pandemi adalah tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh masyarakat dunia. Untuk mengakhirinya, seluruh negara dunia harus bekerja sama dan saling bantu di berbagai sektor. Indonesia cukup memiliki peran penting dalam hal ini, karena Indonesia adalah negara keempat di dunia yang memiliki populasi terbesar.

“Ini adalah salah satu hal yang mungkin belum banyak dilakukan oleh pemimpin dunia, untuk saling membantu di tingkat dunia. Tetapi, kolaborasi yang dilakukan di Indonesia sepertinya lumayan bagus. Buktinya, kita bisa mengendalikan kasus dengan baik dan ekonominya sudah dapat berjalan, meskipun belum seperti semula,” kata Wiku.

Related Topics