NEWS

Satgas Dorong Masyarakat Asah Kemampuan Kelola Risiko Covid-19

Mengacu pada modalitas kolektif dan individu yang dimiliki.

Satgas Dorong Masyarakat Asah Kemampuan Kelola Risiko Covid-19Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito. (tangkapan layar)
19 August 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengimbau masyarakat mengasah kemampuan mengelola risiko penularan Covid-19. Hal ini bertujuan untuk memperkuat proteksi dari berbagai ancaman penularan.

'Kita sepatutnya banyak melakukan refleksi dari beberapa fenomena, layaknya kembali terinfeksinya seseorang setelah divaksin atau setelah sembuh,” ujar Wiku dalam konferensi pers daring, Kamis (18/8).

Menurut Wiku, perubahan karakteristik virus Covid-19 yang makin kompleks, membutuhkan upaya proteksi semakin diperkuat. Menurutnya, vaksinasi saja saat ini tidak bisa menjamin seseorang tidak tertular Covid-19. Oleh karena itu, endemi harus dikelola dengan modalitas untuk pulih lebih cepat, baik secara kolektif maupun individu.

Modalitas kolektif dan individu

Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. (Pixabay/ELG21)

Wiku menyebutkan, modalitas untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat terbagi menjadi dua, yakni kolektif dan individu. Modalitas kolektif terdiri dari kekebalan komunitas dari vaksinasi dan infeksi alamiah, ketersediaan vaksin, ketersediaan pengobatan, kebijakan sektoral yang spesifik.

“Hasil serosurvei pada bulan Juli 2022 menunjukkan bahwa 98,7 persen masyarakat sudah memiliki antibodi. Namun, perlu digarisbawahi, bahwa antibodi pun memiliki jangka waktu, sehingga diperlukan penguat agar keduanya (kekebalan dari vaksin dan infeksi) tetap cukup dalam tubuh, sehingga vaksinasi booster menjadi penting,” kata Wiku.

Sedangkan, modalitas individu terdiri dari budaya perilaku hidup bersih dan sehat dalam berbagai aktivitas, proteksi maksimal oleh populasi berisiko–khususnya yang tidak bisa divaksin. “Kita perlu menjadikan pembelajaran Covid-19, untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan,” ujarnya.

Berbagai indikator yang tunjukkan perbaikan

Perbandingan pananganan Covid-19 setahun terakhir.
Perbandingan pananganan Covid-19 setahun terakhir. (Tangkapan layar)

Related Topics