NEWS

Sri Lanka Bangkrut Akibat Gagal Bayar Utang, Berapa Besar ?

Gagal bayar utang luar negeri Sri Lanka capai US$51 miliar.

Sri Lanka Bangkrut Akibat Gagal Bayar Utang, Berapa Besar ?Ilustrasi kebangkrutan Sri Lanka. (Shutterstock/Natanael Ginting)
24 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Sri Lanka didera krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya pada 1948. Negara ini mengalami kebangkrutan karena runtuhnya perekonomian akibat krisis dari dalam dan luar negeri, terutama cadangan devisa yang terus menipis hingga kegagalannya membayar utang luar negeri.

Melansir laman Bloomberg, Kamis (23/6), Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, mengatakan bahwa situasi negaranya jauh lebih serius daripada sekadar krisis energi, atau pangan.

“Kami tak mampu beli bahan bakar impor, bahkan dengan uang tunai, akibat beratnya utang yang ditanggung oleh perusahaan minyak dan kami mulai melihat tanda-tanda kemungkinan jatuh ke titik terendah,” ujarnya.

Pada Maret 2022, cadangan devisa negara tersebut tercatat US$1,72 miliar, terendah sejak November 2021 dan terus turun selama tiga bulan terakhir.

Ketergantungan impor berbagai kebutuhan seperti pupuk dan bahan bakar minyak, jadi salah satu faktor penyebab kebangkrutan Sri Lanka. Kenaikan harga komoditas global turut menambah beban utang negara tersebut, hingga membuat nilai mata uangnya terus jatuh. Situasi ini pun memperparah kondisi cadangan devisa yang makin tergerus.

Pengumuman gagal bayar utang luar negeri

Krisis energi yang dialami Sri Lanka, (1/6).
Krisis energi yang dialami Sri Lanka, (1/6). (Shutterstock/Ruwan Walpola)

Pada April 2022, Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) mengumumkan kondisi gagal bayar utang luar negeri (default) sebesar US$51 miliar. Sebelumnya, pada akhir 2021, utang luar negeri Sri Lanka tercatat US$50,72 miliar dan sudah mencapai 60,85 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu.

Kepala CBSL, Nandalal Weerasinghe, mengatakan Sri Lanka kehilangan kemampuan untuk membayar utang. “Kami harus fokus mengimpor kebutuhan pokok, bukan untuk membayar utang luar negeri. Kami kini sudah sampai di titik mustahil untuk membayar utang dan ini semakin menantang,” katanya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (24/6).

Untuk memulihkan situasi, kesepakatan dengan Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) pun dipandang sebagai satu-satunya jalan. Sri Lanka membutuhkan sekitar US$6 miliar dalam beberapa bulan ke depan untuk melunasi utang-utang luar negerinya, menopang cadangan devisa, dan menstabilkan nilai mata uangnya.

Pinjaman dari Cina

Rakyat Sri Lanka protes turun ke jalan, Colombo (19/4).
Rakyat Sri Lanka protes turun ke jalan, Colombo (19/4). (Shutterstock/Ruwan Walpola)

Related Topics