NEWS

Sandiaga Siap Jemput Bola Gaet Calon Digital Nomad

Sektor wisata berpeluang tangkap peluang digital nomad

Sandiaga Siap Jemput Bola Gaet Calon Digital NomadIlustrasi Work form Everywhere. (Shutterstock/PhotoSunnyDay)
13 September 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi teguran keras kepada  Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham, sistem kepengurusan Visa dan Kartu Ijin Tinggal Terbatas (KITAS). Menangapi hal tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno bakal melakukan langkah jemput bola menemui wisatawan yang menjalani pekerjaan dari jarak jauh atau digital nomad.

“Kita bukan hanya menunggu, tapi kita harus datangi tempat-tempat di mana ada potensi tersebut, seperti di Australia, Singapura, Malaysia, dan Inggris,” ujar Sandiaga dalam weekly press briefing, Senin (12/9).

Pemerintah tengah berupaya menciptakan citra Indonesia sebagai bangsa yang ramah dan tidak menyulitkan, serta mengajak warga asing untuk mempertimbangkan berinvestasi atau  tinggal di Indonesia.

Menurutnya, bila kunjungan maupun investasi warga negara asing (WNA) semakin banyak yang datang ke Indonesia, maka peluang usaha bagi masyarakat akan terbuka lebar dan lapangan kerja baru pun akan semakin banyak tercipta. “Intinya dampak positif pada ekonomi Indonesia,” katanya.

Dua peluang besar pariwisata

Menparekraf, Sandiaga S. Uno dalam Weekly Press Briefing, Senin (12/9).
Menparekraf, Sandiaga S. Uno dalam Weekly Press Briefing, Senin (12/9). (Tangkapan layar)

Dari kritik tegas Presiden, kata Sandiaga, Kementerian Pariwisata dan ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bisa memetik dua peluang besar, yakni digital nomad dan silver economic. Menurutnya saat ini banyak WNA yang bisa bekerja secara jarak jauh dan menjadikan Bali sebagai salah satu destinasi favorit mereka, karena kenyamanan, keindahan, serta keamanan yang ditawarkan.

“Ini perlu adanya pembaruan dari segi mindset kita untuk menyediakan fasilitas, baik itu visa, visa on arrival yang sudah ada, tapi juga yang kita dorong adalah penggunaan visa B2-11," ujarnya. 

Visa  tersebut akan memberikan kemudahan untuk kunjungan sosio-budaya. Bila para turis memiliki minat untuk tinggal lebih lama lagi, ada second home visa atau bisa difasilitasi melalui pendaftaran KITAS.

Peluang kedua, silver economic yang berfokus untuk mengundang para wisatawan WNA berusia lanjut–di atas 60 tahun–masih, memiliki uang, dan mengontrol US$1,5 triliun. Populasi jenis wisatawan ini ada sekitar satu miliar orang di seluruh dunia dan siap untuk melakukan kunjungan wisata dalam waktu lama di destinasi yang aman, nyaman, dan menyenangkan–seperti Bali atau Yogyakarta–untuk menghabiskan waktu pensiun mereka.

Kalau bisa dipermudah, kenapa harus dipersulit?

Ilustrasi kegiatan imigrasi di Indonesia.
Ilustrasi kegiatan imigrasi di Indonesia. (dok. Kemenkumham)

Related Topics