NEWS

Tembus 7 Persen, Inflasi Inggris Cetak Rekor 3 Dekade Terakhir

Invasi Rusia ke Ukraina jadi pemicu kenaikan harga-harga.

Tembus 7 Persen, Inflasi Inggris Cetak Rekor 3 Dekade TerakhirIlustrasi inflasi di Inggris. Shutterstock/Sergey Chayko
14 April 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

London, FORTUNE - Inflasi Inggris menembus ke level tertinggi dalam tiga dekade terakhir pada Maret 2022.  Kondisi ini semakin memberi tekanan kepada Perdana Menteri Boris Johnson dan menteri keuangannya Rishi Sunak untuk meringankan tekanan biaya hidup warga Inggris.

Melansir laman AFP, pada Kamis (14/4), tingkat inflasi Inggris secara tahunan naik menjadi 7 persen pada Maret dibandingkan pada Februari sebesar 6,2 persen.

"Kenaikan harga membuat inflasi meningkat tajam lagi pada Maret," kata Kepala Ekonom ONS Grant Fitzner.

Fitzner mengatakan, salah satu faktor yang mendorong inflasi adalah kenaikan harga bensin. Lalu, harga makanan restoran dan kamar hotel juga melonjak pada Maret 2022.

Inflasi Inggris telah mengalami kenaikan yang belum pernah terjadi sebelumnya selama setahun terakhir, mengikuti pola yang serupa dengan sebagian besar negara maju lainnya karena harga energi melonjak dan kesulitan rantai pasokan pandemi terus berlanjut.

Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari telah mendorong harga energi lebih tinggi, dan bulan lalu pemerintah Inggris memperkirakan inflasi akan mencapai puncaknya dalam 40 tahun sebesar 8,7 persen pada kuartal terakhir 2022.

Kenaikan harga energi hingga ancaman resesi

ilustrasi : inflasi
Shutterstock/Luis A. Orozco

Ini bukan pertama kalinya inflasi Inggris menembus rekor. Pada Desember 2021 lalu tercatat inflasi Inggris mencapai hingga 5,4 persen. Sementara, inflasi di Amerika Serikat (AS) juga naik 8,5 persen per Maret 2022. Angka itu merupakan rekor dalam empat dekade terakhir.

Dampak kenaikan harga-harga ini membuat bank sentral di seluruh dunia mengerek suku bunga acuan. Para ekonom memprediksi situasi turut mempersulit proses pemulihan ekonomi global.

Direktur Riset Wood Mackenzie Peter Martin mengatakan, ekonomi global mendapat pukulan lebih besar.

"Pertumbuhan ekonomi global dapat melambat menjadi 2,5 persen pada tahun ini, dan 0,7 persen pada 2023," ujarnya..

Wood Mackenzie pun memperkirakan skenario terburuk ekonomi global akibat perang Rusia-Ukraina. Dimulai dari gangguan distribusi energi dan komoditas, termasuk kenaikan harga energi yang mengancam resesi ekonomi di Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Suku bunga naik

Bank of england. Shutterstock/William Barton

Related Topics