NEWS

6 Bahan Pangan Ini Patut Diwaspadai Kenaikan Harganya Jelang Ramadan

Harga pangan harus jadi perhatian pemerintah jelang Ramadan.

6 Bahan Pangan Ini Patut Diwaspadai Kenaikan Harganya Jelang RamadanPenjual melayani pembeli di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/12/2021). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.
by
28 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP IKAPPI) menyatakan sikap bahwa terdapat beberapa komoditas yang wajib diwaspadai kenaikannya seperti tahun lalu.

Setidaknya ada enam bahan makanan pokok yang perlu diwaspadai kenaikan harganya, yaitu tepung terigu, telur ayam, daging ayam, daging sapi, cabe rawit, dan minyak goreng.

“Pemerintah harus mewaspadai akan adanya kenaikan harga menjelang bulan Ramadhan. Jika kita melihat tahun lalu, ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan seperti tepung terigu, telur ayam, daging sapi, daging ayam, cabe rawit,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI, Ahmad Choirul Furqon, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (27/3).

Berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga cabai rawit merah melonjak tajam dari harga normal Rp40 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp64 ribu per kg.

Adapun tepung terigu dari sebelumnya Rp10 ribu per kg menjadi Rp11.300 per kg. Sedangkan untuk tepung terigu premium telah menyentuh Rp15.500 per kg.

Kemudian daging ayam naik dari Rp33 ribu per kg menjadi Rp36 ribu per kg. Lalu, daging sapi juga dari Rp125 ribuan per kg menjadi Rp140 ribuan per kg. Demikian pula dengan telur, begerak di Rp23 ribu sampai Rp26 ribu. Minyak goreng kemasan naik jadi Rp25.400 ribu per liter, semenjak Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14 ribu per liter dicabut pemerintah.

Furqon mengatakan minyak curah hingga saat ini di pasaran masih jauh di atas harga normal. Dia menyebut harga minyak curah di pasar tradisional saat ini masih di atas batas wajar pada kisaran Rp20 ribu.

Furqon berharap di tengah sengkarut isu minyak goreng ini pemerintah tetap dapat berfokus pada pengendalian harga pangan. “Keluhan terus menerus mengalir kepada kami. Jadi, kami akan terus mendorong kepada pemerintah agar mensinkronkan antara produksi dan permintaan,” ujarnya.

Alur lonjakan kenaikan harga pangan saat Ramadan dan Idul Fitri

Sementara, Wasekjen Kajian Penelitan & Pengembangan DPP IKAPPI, Putri Bilanova, mengingatkan alur kenaikan permintaan dan kenaikan harga bahan pokok yang terjadi dalam  waktu jelang Ramadan.

Fase pertama, biasanya terjadi pada tiga hari sampai dengan 1 minggu menjelang Ramadan. Hal ini terjadi karena banyaknya permintaan dari masyarakat yang cukup tinggi. “Maka kami berharap dalam fase pertama ini, pemerintah dapat menjaga pasok bahan-bahan yang ada di pasar dapat tersedia dan distribusi dijaga dengan baik serta produksi dapat diperbaiki,” ujarnya.

Fase kedua, ini terjadi tujuh hari sampai tiga hari menjelang Idul Fitri. Dalam waktu transisi fase pertama dan kedua, terjadi penurunan permintaan di waktu pertengahan ramadhan, lalu melonjak tinggi di penghujung Ramadan menuju ke Hari Raya Idul Fitri.

“Kami harap dalam fase ini, kita dapat menjaga pasokan tetap aman dan distribusi lancar. Fase kedua ini banyak terjadi kendala di distribusi karena beberapa komoditas harus terganggu dengan adanya arus mudik lebaran,” ucapnya.

Fase Ketiga, fase akhir Ramadan ini terjadi waktu setelah Idul Fitri, tiga hari setelah lebaran ketika banyak komoditas tidak dapat ditemui di pasar tradisional karena banyaknya pedagang yang masih mudik dan tidak memiliki stok. “Fase ini juga rawan, Kami berharap pemerintah juga mengantisipasi fase ini agar masyarakat bisa tersenyum dan lancar menjalankan Ramadan dan Idul Fitri tahun 2022,” katanya.

Related Topics