NEWS

Diplomasi Kawan Lama Sri Mulyani Untuk Dapatkan Vaksin di Awal Pandemi

Lobi banyak negara dan berbicara dengan WHO dan Bank Dunia.

Diplomasi Kawan Lama Sri Mulyani Untuk Dapatkan Vaksin di Awal PandemiSri Mulyani, Menteri Keuangan RI. (Flickr)
by
28 December 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indonesia menempuh berbagai upaya untuk mendapatkan vaksin pada periode awal pandemi COVID-19. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, sejumlah jalan mulai dari lobi tingkat tinggi terhadap banyak negara hingga pendekatan dengan WHO dan Bank Dunia dijalankan. 

"Saya, Bu Retno (Menteri Luar Negeri), Pak Erick (Menteri BUMN), kita bertiga ngobrol makan bersama, (dan saya bilang) yuk gimana kita bisa melakukan diplomasi. Bu Retno masuk melalui WHO. Kalau UN itu Kemenlu yang kuat di sana, jadi Bu Retno established leadership di sana," kata Sri Mulyani saat diskusi virtual, Selasa (28/12).

Salah satu sumber pembiayaan vaksin diperoleh melalui Bank Dunia, dan itu memanfaatkan koneksi Sri Mulyani, yang pernah menjabat direktur pelaksananya. "Saya dari sisi funding international di sana. Saya network-nya kuat di sana. Jadi kita menggunakan World Bank, ADB, dan melalui koneksi dari berbagai trust fund dunia lainnya," ujarnya.

Jalan Indonesia untuk beroleh vaksin mulus karena, salah satunya, reputasinya yang baik. Sebab, Bio Farma berkontribusi dalam vaksin polio, yang dipakai oleh UNICEF.

"Indonesia dianggap memiliki kapasitas. Maka kami, saya Pak Erick, Bu Retno, dan Pak Budi waktu itu masih jadi Wamen (BUMN), kita membuat diplomasi untuk bisa memposisikan Indonesia is not only just recipient, tapi kita juga sebagai produsen," kata Sri Mulyani.

Indonesia segera mendapatkan akses vaksin

Dengan kondisi tak pasti, Sri Mulyani menyinggung instruksi Presiden Joko Widodo agar vaksin COVID-19 segera dibeli walau uji klinisnya belum tuntas. Kedaruratan wabah menjadi alasan pengganggaran bagi pengadaan barang tersebut.

Sri Mulyani mengatakan khawatir tentang hal tersebut, sebab kemungkinan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. Ia pun memutuskan berhati-hati melakukan penganggaran. “Maka kita buat peraturan presiden, waktu itu kita buat berbagai klausul untuk bisa mewadahi kita dealing with something yang belum jadi," katanya.

Indonesia tidak hanya mendapat vaksin untuk penduduknya, tapi juga membaginya ke negara lain, terutama negara miskin melalui Covax Facility. Indonesia juga menjadi negara penerima bantuan vaksin melalui lembaga tersebut.

"Pandemi ini enggak mungkin bisa dikapling-kapling, maka waktu itu pemikirannya pandemi akan bisa terselesaikan apabila the weakest part atau yang paling lemah dari seluruh chain pandemi ini itu juga harus di-address, itu terutama negara miskin," ujarnya.

Sri Mulyani kawan lama Melinda Gates

Dalam urusan Covax ini, pertalian lama antara Sri Mulyani dan Melinda Gates dari Gates Foundation memiliki andil. Keduanya telah saling mengenal sejak lama dan pernah ikut menangani Ebola di Afrika. Ini juga menjadi acuan dalam mekanisme bantuan vaksin COVID-19.

"Saya dengan Melinda sudah kenal cukup lama waktu di World Bank. Waktu kita menangani Ebola dulu itu juga persoalannya sama. Ebola terutama karena Afrika waktu itu punya kapasitas yang sangat rendah untuk bisa menanganinya. Jadi waktu itu kita memobilisasi funding untuk Afrika," katanya.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membenarkan berbagai pernyataan Sri Mulyani. Saat itu Indonesia memang Indonesia mengerahkan berbagai upaya agar segera mendapatkan vaksin.

“Ini memang merupakan proses yang cukup panjang. Bagaimana kita memperjuangkan kepentingan kita disaat semua chaotic, di mana saat itu ada yang manis, kita berdua bergandeng tangan untuk mendapatkan itu,” katanya dalam kesempatan sama.

Menurutnya, Indonesia negara anggota G20 tidak hanya menerima vaksin tapi juga berkontribusi melalui Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI). Dengan tergabung dalam aliansi tersebut, Indonesia mendapatkan informasi mengenai penanganan pandemi di berbagai belahan dunia, dan kepastian stok vaksin.

Related Topics