NEWS

Fenomena Jual Rugi Melanda Pasar Sekunder Apartemen

Banyak apartemen second dijual di bawah harga pasaran.

Fenomena Jual Rugi Melanda Pasar Sekunder ApartemenIlustrasi apartemen di Jakarta. Shutterstock/CAHYADI SUGI

by Eko Wahyudi

13 October 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Saat ini banyak pemilik apartemen menjual murah unit propertinya hingga jauh di bawah harga pasaran. Jika menengok situs jual beli properti, tidak sulit menemukan unit apartemen yang dilepas pada rentang Rp100 juta hingga Rp200 juta. 

Menurut Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, fenomena ini terjadi karena sektor apartemen tengah dirundung kelesuan menyusul jumlah penyewa yang turun drastis. Karena itu, ketimbang menanggung biaya pemeliharaan, pemilik rela menjual rugi apartemennya. 

“Itu memang fenomena yang sangat bisa sekarang ini. karena daripada uangnya mati (tidak berputar) di situ, jadi mereka berpikir mending dijual. Apalagi ekonomi juga begini. Itu mungkin pertimbangan mereka untuk jual. Bisa dibilang jual rugi,” kata dia kepada Fortune Indonesia, Rabu (12/10).

Ferry mengatakan kelesuan di sektor apartemen sebenarnya telah terjadi sejak masa sebelum pandemi Covid-19 melanda. Dia menyebut itu periode ketika tingkat penjualan dan penyewaan mulai menurun. Status pemilik apartemen yang kebanyakan adalah investor, atau memiliki sebagai bagian dari langkah investasi, akhirnya berkontribusi pada membanjirnya stok di pasar sekunder.

“Jadi, sebenarnya saya lihat dengan kondisi ekonomi begini orang butuh cash, karena ada istilah cash is king. Mereka mikir dari pada uangnya mati di sini (apartemen), mending dijadiin duit dan duit itu bisa diputar lagi ke usaha lain yang lebih menjanjikan,” ujarnya.

Ferry tidak dapat memastikan kapan gejala ini akan berakhir. Namun, bagi pasar sekunder, katalisnya adalah jika kegiatan perekonomian telah mulai meningkat. Dengan begitu, peminat apartemen juga diproyeksi bakal bertambah.

“Kalau kegiatan perkantoran normal lagi, itu membuat pasar sewa itu akan bergerak lagi dan banyak butuh tempat tinggal dan sewa. itu yang buat market bagus, dan harga kembali normal,” katanya.

Pasar primer pun lesu

Hingga kuartal III-2022, baru ada satu pengembangan di pasar primer yang menyelesaikan proyek apartemennya, kata Ferry. Padahal, tahun ini masih ada 10 proyek lagi yang pembangunannya masih berjalan. Dengan lesunya pasar properti, diperkirakan para pengembang pun menunda penyelesaian pembangunannya.

“Mereka tunda dulu, tidak buru-buru launching produk karena kondisinya belum baik,” ujarnya. Dalam laporan terbarunya, Colliers Indonesia memperkirakan 37 persen dari total penyelesaian 6.019 unit mesti ditunda.

Dalam situasi sekarang saat ini, Ferry melihat para pengembang sedang menunggu waktu yang tepat untuk meluncurkan apartemennya mengingat adanya kenaikan harga bahan baku dan peningkatan biaya konstruksi.

Sebab, para pengembang tidak mungkin melakukan penurunan harga pada unit yang akan mereka jual.

“Oleh karena itu, pengembang mungkin perlu mengelola strategi penetapan harga mereka karena pasar sekarang lebih sensitif terhadap harga daripada sebelumnya,” katanya.

Untuk pasar primer, menurut Ferry, yang dapat menjadi katalis penjualan adalah perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), yang telah selesai pada akhir September lalu.

“Mungkin [insentif itu] bisa bantu angkat penjualan. [Katalis] kedua, salah satu [insentif yang] menarik itu bisa menjamin uang yang diinves di apartemen beri imbal hasil yang menarik,” ujarnya.