NEWS

Impor Daging pada Semester Dua 2022 Akan Libatkan Swasta

Indonesia alami ketergantungan impor daging asal Australia.

Impor Daging pada Semester Dua 2022 Akan Libatkan SwastaPedagang daging menunggu calon pembeli di PD Pasar Jaya Kramat Jati, Jakarta, Minggu (27/2/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
by
04 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pangan Nasional (Bapanas) memutuskan untuk melibatkan importir swasta dalam pembelian sapi dan kerbau bakalan dari Brasil dan Meksiko. Keputusan ini dilakukan setelah harga daging sapi dan kerbau melonjak mengikuti harga beli dari Australia sejak akhir 2021.

“Semester kedua kita akan buka buat swasta. Juga, kita akan cari yang terbaik. Tapi, BUMN juga tetap ada (pasokan) supaya negara ini punya stok. Tentu BUMN harus lebih baik dari swasta, ya. Misalnya, swasta dapat harga Rp60 ribu BUMN harus bisa Rp55 ribu. Pedagang kecil ini harus diayomi BUMN,” kata Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, melalui pesan singkat, Jumat (4/3). 

Ketergantungan impor daging dari Australia berpengaruh pada harga daging domestik. Padahal, stok dalam negeri mencukupi.

Dengan demikian, kata Arief, pelebaran izin impor bagi swasta untuk dapat membeli sapi bakalan dari Meksiko dan Brasil diharapkan dapat menjaga stabilitas harga daging dalam negeri.

Alasan lainnya, penambahan alternatif negara tujuan impor itu bakal dapat memberi daya saing harga ketimbang bertopang pada satu pemasok. 

Kendati demikian, dia menegaskan negara tujuan impor itu mesti bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK), bebas PMK tanpa vaksinasi, dan memenuhi sertifikat halal.

Indonesia ketergantungan impor

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Nisrina Nafisah, mengatakan permintaan global terhadap produk-produk ternak secara umum terus meningkat dalam satu tahun terakhir. Hal ini bersamaan dengan kembalinya tingkat komsumsi dan belanja masyarakat.

Meski begitu, peningkatan permintaan tidak diiringi dengan laju produksi yang sama. Sekitar 70 persen total kebutuhan sapi bakalan nasional merupakan impor, dan sebagian besar impor tersebut datang dari Australia.

“Kondisi tersebut membuat peningkatan harga daging sapi di pasar internasional dan gangguan pasokan yang terjadi di negara impor utama akan berdampak pada harga daging sapi di Indonesia,” kata dia, Jumat (4/3).

Berdasarkan data Bank Dunia pada 2022, harga daging sapi menyentuh US$5,97 per kilogram di pasar internasional pada Januari 2022 atau naik 33,85 persen dari Januari 2021. Harga sapi bakalan untuk dipotong pada Februari 2022 turut meningkat 60 persen menjadi US$4,2 per kilogram dari US$2,8 per kilogram pada Februari 2021.

Cari opsi impor dari negara lain

Indonesia sempat mengalami penurunan pasokan sapi bakalan impor pada 2020 karena Australia mengalami depopulasi sapi akibat dari kebakaran hutan dan kebanjiran. Hal ini kemudian berdampak pada berkurangnya jumlah sapi dan daging sapi yang diekspor ke Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor daging sapi Indonesia pada 2020 berjumlah 226,6 ribu ton atau turun 15 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah 266,5 ribu ton. Pada 2021, jumlah impor daging sapi naik 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya atau menjadi 276,8 ribu ton.

Untuk membantu mencukupi kebutuhan daging sapi, pemerintah perlu membenahi sistem impor dan mengupayakan peningkatan harga produksi dan distribusi. Indonesia juga bisa menambahkan Brasil dan Amerika Serikat sebagai negara pemasok impor daging sapi untuk untuk mengurangi ketergantungan dari Australia.

“Baru sekitar 1 persen dari total impor daging sapi Indonesia, datang dari Brasil dan Amerika Serikat dua negara produsen daging sapi terbesar di dunia. Karena, ketatnya persyaratan bebas penyakit mulut dan kaki serta sertifikat halal yang diberikan Indonesia untuk memastikan daging sapi yang masuk Indonesia berasal dari sapi yang sehat,” kata Nisrina.

Related Topics