NEWS

JK: Tidak Usah Pesimistis Soal Resesi, Indonesia Tak Terpengaruh

Jusuf Kalla meminta kepada semuanya untuk tetap optimistis.

JK: Tidak Usah Pesimistis Soal Resesi, Indonesia Tak Terpengaruhilustrasi resesi global (unsplash.com/Joshua Hoehne)
by
03 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan krisis dunia tidaklah berpengaruh banyak kepada Indonesia dan negara-negara di ASEAN. Ia memaparkan, kondisi energi dan pangan Indonesia justru saat ini cukup baik. 

Dia mengatakan krisis dunia saat ini memang nyata, dimulai dari Covid-19 hingga dampak yang ditimbulkan dari ketegangan geopolitik akibat perang Rusia vs Ukraina.  Meski demikian, kata JK, salah satu krisis yang telah melanda dunia sejak akhir 2019, yaitu pandemi Covid-19, sudah tertangani dengan baik saat ini. Menurutnya, hal ini akan mengembalikan perekonomian ke kondisi normal.

“Saya yakin resesi dunia ini tidak banyak menyentuh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Memang kita khawatir, tapi kita memiliki kesempatan dalam kekhawatiran ini. Jangan semua pesimistis,” katanya dalam Diskusi Panel bertajuk Global Economy: Reflections and Challenges for Indonesia Post G20 Presidency, dikutip Kamis (2/11).

JK mengingatkan sejumlah badai krisis pernah dilalui Indonesia, termasuk Krisis Subprime Mortgage pada 2008, yang membuat perekonomian Amerika Serikat (AS) hancur. Perekonomian Indonesia memang sempat melandai ke kisaran 4,6 persen pada 2009, dan kemudian kembali tumbuh hingga 6,2 persen pada 2010.

"Jadi, mari kita selalu optimis, karena krisis ekonomi dunia tidak berarti tersambung ke negara dan belahan lain dunia. Tidak seperti itu," ujarnya.

Sejumlah lembaga mengingatkan ancaman resesi pada 2023. Di antaranya adalah Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, Nomura, hingga JPMorgan. Resesi dipicu oleh kebijakan ketat moneter di hampir seluruh negara dan lonjakan inflasi akibat kenaikan harga komoditas.

Jusuf Kalla mengatakan, berdasarkan proyeksi dari World Bank, perekonomian Indonesia 2023 masih berpotensi tumbuh pada kisaran 5 persen, juga sejumlah negara ASEAN lainnya, seperti Vietnam pada kisaran 7,5 persen, dan Filipina pada kisaran 6,5–7 persen.

Menurutnya, dengan proyeksi tersebut, Indonesia memiliki peluang yang lebih baik lagi di tengah terjadinya resesi global. Hal ini pun terjadi saat harga komoditas yang melonjak tinggi akibat krisis energi, Indonesia mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas unggulan, seperti batu bara dan CPO.

Nilai ekspor Indonesia melonjak signifikan dan mendorong surplus neraca perdagangan dalam 29 bulan beruntun hingga September 2022. "Jadi sebenanya di ASEAN Indonesia nomor 4. Itu artinya Indonesia mempunyai peluang untuk menyusul kinerja perekonomian negara tetangga di ASEAN," kata JK.
 

JK ingatkan Menteri Keuangan soal resesi

Sebelumnya, JK menegur Menteri Keuangan Sri Mulyani agar tidak menakut-nakuti masyarakat atas situasi perekonomian tahun depan.

"Saya bilang ke SMI (Sri Mulyani Indrawati) jangan kasih takut orang, tahun depan akan kiamat. Saya telepon, jangan gitu. Jangan kasih takut," katanya.

JK juga mengingatkan Indonesia harus menghadapi semua persoalan yang muncul, tidak terkecuali krisis ekonomi, krisis pangan, bahkan krisis energi.

PMI Manufaktur mulai menurun

Aktivitas manufaktur Indonesia masih ekspansif pada Oktober 2022. Namun, tingkat ekspansinya tidak secepat bulan sebelumnya.

S&P Global mencatat indeks manufaktur atau Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia Oktober 2022 berada pada level 51,8 atau turun dibandingkan September 2022 yang sebesar 53,7. Hanya saja, angka tersebut masih tergolong ekspansif mengingat PMI Manufaktur berada di bawah 50,0 menunjukkan industri manufaktur mengalami kontraksi atau tertekan.

Penurunan PMI Manufaktur Indonesia disebabkan kondisi perekonomian global yang melambat sehingga menurunkan permintaan.

Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, PMI Manufaktur Indonesia masih lebih tinggi: Thailand (51,6), Malaysia (48,7), Myanmar (45,7), dan Vietnam (50,6). Sementara negara maju seperti Jepang dan Taiwan juga mengalami kontraksi masing-masing 51,5 dan 50,7.

Penurunan indeks manufaktur Indonesia ini lebih dikarenakan efek potensi resesi global. Tren PMI manufaktur Indonesia semakin menguat jika dibandingkan pada awal 2020 ketika pandemi mulai masuk, pun saat puncaknya pada 2021.

Related Topics