NEWS

Mayoritas Impor, Kedelai Sulit Dikenai Kebijakan HET

Impor kedelai Indonesia tahun ini 2,5 juta ton.

Mayoritas Impor, Kedelai Sulit Dikenai Kebijakan HETANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc
by
23 February 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin menilai lonjakan harga kedelai di dalam negeri dipengaruhi oleh fluktuasi harga di tingkat global. Karena kebutuhan kedelai dalam negeri dipenuhi oleh impor, pemberlakuan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) sulit diterapkan.

“Itu sepertiganya kita sudah paham (impor). Kalau pakai HET susah, karena kita tidak produksi sendiri,” kata dia saat diskusi daring, Rabu (23/2).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) volume impor kedelai pada 2021 mencapai 2,49 juta ton. Sedangkan, produksi kedelai nasional pada 2021 mencapai 613.318 ton dengan luas lahan 362,612 hektare. Jadi, mayoritas kebutuhan kedelai dalam negeri 80 persen dipenuhi oleh importasi.

Dengan besarnya porsi impor kedelai, Bustanul menilai kebijakan HET itu dirasa bakal memberatkan pemerintah. Pasalnya, Indonesia tidak punya kendali dalam mengatur harga kedelai di tingkat global. Kecuali, kedelai dapat dihasilkan di dalam negeri.

Volume impor hanya sekitar 2,5 juta sampai 3 juta ton setiap tahun, Bustanul menilai, angka itu relatif kecil bila dibandingkan negara pengimpor kedelai lainnya. Cina, kata dia, selalu mengimpor kedelai sampai 100 juta ton setiap tahun.

Bustanul menjelaskan jika Indonesia ingin berkontribusi terhadap produksi kedelai, maka harus dilakukan peningkatan kualitas kedelai domestik. Pasalnya, petani pun tidak akan menanam jika hasilnya nanti lebih rendah dari modalnya.

“Tidak ada petani rasional akan menanam kedelai dan meningkatkan produktivitasnya jika penerimaan ekonomi dari kedelai lebih rendah dari biayanya,” ujarnya.
 

Ini kata Kemendag soal HET

Senada dengan Bustanul, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP), Kementerian Perdagangan, Kasan menilai masalah lonjakan harga pangan harus dipahami dari karakteristik, seperti sumber pasokannya.

Bila seperti kedelai, kata dia, kebijakan HET dirasa kurang tepat untuk diterapkan. Ada alternatif kebijakan lain yang mungkin dapat diterapkan. “Bisa diberikan insentif kepada petani kedelai agar semangat, segmennya bisa yang lain dengan kedelai kualitas tertentu dan turunan yang lain,” katanya.

Dia mengatakan, pemerintah tak bisa menerapkan kebijakan secara serampangan terhadap situasi yang ada. Pihaknya, harus menimbang dampak dan manfaat yang bakal terjadi. Sehingga, ia meminta kepada masyarakat dapat memahaminya secara bersama-sama.

Asal kedelai impor Indonesia

Melonjaknya harga kedelai pada awal tahun ini telah membuat produsen tempe dan tahu merana. Mereka terpaksa berhenti berproduksi. 

Meski menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk di Tanah Air, tetapi kedelai yang menjadi bahan baku tempe dan tahu berasal dari luar negeri, yang membuat harganya gampang berubah mengikuti perkembangan harga dunia.

Berdasarkan data BPS, Amerika Serikat menjadi pemasok kedelai terbesar dengan nilai US$1,29 miliar atau setara dengan 86,5 persen dari total impor kedelai Indonesia. Sementara itu, volumenya 2,15 juta ton atau 86,3 persen dari total volume.

Kanada berada di posisi kedua dengan nilai impor kedelai US$ US$135,89 juta dan volume 232 ribu ton. Argentina menyusul di posisi selanjutnya dengan nilai impor US$ 52,08 juta dan volume 89,95 ribu ton.

Impor kedelai dari Brasil ke dalam negeri tercatat US$5,34 juta dan volume 9,2 ribu ton. Dari Malaysia, Indonesia mengimpor kedelai senilai US$2,46 juta ton dan volume 5,5 ribu ton.

Related Topics