NEWS

Mendag: Perdagangan Dapat Menjadi Mesin Pertumbuhan

Ada tiga tantangan menonjol.

Mendag: Perdagangan Dapat Menjadi Mesin PertumbuhanANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj
by
14 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan kolaborasi antarnegara menjadi kunci dalam menghadapi tantangan perdagangan tahun ini.

“Diharapkan kita dapat menciptakan perdagangan yang adil dan perdagangan yang menguntungkan untuk setiap orang,” kata Lutfi dalam keterangannya yang dikutip pada Jumat (14/1).

Hingga kini sejumlah tantangan menonjol, menurutnya, adalah perubahan nilai logistik, krisis energi, dan pandemi COVID-19. Ketiganya akan dibawa ke meja diskusi Presidensi G20.

“Diharapkan kita dapat mengatasi ketiga permasalahan tersebut dan dapat terus melanjutkan perdagangan. Sehingga perdagangan dapat menjadi mesin pertumbuhan, bukan hanya untuk Indonesia tapi juga untuk seluruh dunia, karena kita tidak dapat melakukannya sendiri,” ujarnya.

Rekor perdagangan Indonesia

Pada kesempatan sama, Lutfi menyatakan 2021 merupakan tahun pemecahan rekor bagi perdagangan Indonesia. Pada Januari—November, ekspor mencapai US$209,16 miliar atau naik 42,62 persen dibandingkan dengan periode sama 2020.

“Pada periode ini, Indonesia juga mengalami surplus US$34,32 miliar. Tahun ini, pertumbuhan perdagangan sangat kuat. Jika kondisi ini konsisten, surplus Indonesia pada 2021 berkisar US$36 miliar–US$37 miliar. Ini jumlah tertinggi, lebih tinggi dari 2011,” kata Lutfi.

Ekspor nonmigas terbesar Indonesia berasal dari batu bara, diikuti minyak kelapa sawit (CPO), serta produk besi dan baja. Khusus untuk besi dan baja, nilainya pada Januari–November mencapai US$18,62 miliar, atau tumbuh 92,83 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020.

“Elektronik juga tumbuh cukup baik menempati posisi keempat. Namun, yang terpenting sektor otomotif juga meningkat dan diharapkan tahun ini akan lebih meningkat lagi sehingga menjadi salah satu sektor yang paling penting untuk Indonesia,” ujarnya.

Prediksi PDB Indonesia 2030

Lutfi mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Rp16.032 triliun. Sekitar 4 persennya, atau Rp632 triliun, berasal dari ekonomi digital. Pada 2030, PDB diprediksi akan tumbuh menjadi sekitar Rp28.000 triliun dan ekonomi digital akan tumbuh setidaknya Rp4.531 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari niaga elektronik, yakni sekitar Rp1.908 trilun atau 34 persen. 

Pada 2030, ekonomi digital Indonesia diperkirakan US$323 miliar, ujarnya. Itu 6 kali lebih besar dari Malaysia, 7 kali lebih besar dari Filipina, 8 kali lebih besar dari Singapura, dan paling tidak 4 kali lebih besar dari Vietnam.

“Jika Indonesia bisa mengikuti perkembangan Malaysia, ekonomi digital Indonesia bisa mencapai US$417 miliar, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara paling menguntungkan di Asia Tenggara untuk ekonomi digital,” katanya.

Menurut riset SEA eConomy yang dibuat Google, Temasek, dan Bain, ekonomi digital Indonesia secara keseluruhan memiliki gross merchandise value (GMV) US$70 miliar atau Rp 998 triliun. Compound annual growth rate (CAGR) sektor ini diproyeksikan naik 18 persen menjadi US$104 miliar hingga tahun 2025.

Laporan SEA eConomy 2021 juga menyebut bahwa pada 2030, ekonomi digital Indonesia diperkirakan tumbuh 5 kali lipat menjadi US$330 miliar atau Rp 4.702 triliun.Dan pada tahun tersebut, Asia Tenggara diproyeksikan memiliki GMV US$1 triliun.

Related Topics