NEWS

Perdana di Asia Tenggara, Indonesia Mulai Bangun Pabrik Baterai EV

Pemerintah berkomitmen dukung pengembangan electric vehicle.

Perdana di Asia Tenggara, Indonesia Mulai Bangun Pabrik Baterai EVDok. Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi

by Eko Wahyudi

16 September 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meletakkan batu pertama pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV), Rabu (15/9). Pabrik milik PT HKML Battery Indonesia yang berlokasi di Kompleks Karawang New Industrial City, Karawang, tersebut merupakan pabrik baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara.

Jokowi berkomitmen memberikan dukungan dalam mengembangkan ekosistem industri baterai dan kendaraan listrik. Pemerintah juga akan terus menggulirkan reformasi struktural untuk memberikan kepastian hukum dan kemudahan perizinan kepada para pelaku usaha dan para investor dalam mengembangkan usahanya di Tanah Air. "Pemerintah juga terbuka atas berbagai inisiatif kerjasama dengan negara-negara sahabat," ucapnya dalam siaran virtual, Rabu (15/9).

Diharapkan kolaborasi antara perusahaan Korea Selatan dengan perusahaan Indonesia akan makin diperkuat serta melibatkan usaha mikro, kecil, dan usaha menengah yang ada, termasuk realisasi kerja sama investasi dalam industri baterai dan kendaraan listrik. 

Proyek pembangunan baterai mobil listrik sebelumnya ditandai dengan nota kesepahaman atau MoU antara Kementerian Investasi dan konsorsium asal Korea Selatan yakni LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group pada Desember 2020. Konsorsium tersebut bakal bermitra dengan Indonesia Battery Corporation yang beranggotakan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara, dan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd.

1. Jokowi yakani Indonesia jadi produsen EV

Lebih lanjut, Jokowi menyakini Indonesia bisa menjadi produsen EV terbesar dunia dalam kurun waktu tiga hingga empat tahun ke depan. Hal ini lantaran Indonesia memiliki cadangan nikel yang besar. Seperti diketahui, nikel merupakan bahan baku utama baterai lithium.

Estimasinya, nikel bila diolah menjadi baterai listrik akan memberi nilai tambah sekitar enam sampai tujuh kali lipat. Namun, bila dikembangkan lagi hingga menjadi mobil listrik, maka nilai tambahnya akan meningkat 11 kali lipat.

"Oleh karena itu, pengembangan industri baterai juga akan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi dari industri turunan yang digunakan baterai seperti investasi motor listrik, bus listrik, dan mobil listrik," ungkapnya.

2. Lapangan kerja akan diprioritaskan ke pekerja dalam negeri

Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam laporannya menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi terkait kolaborasi tersebut. Menurutnya, pemerintah Korea Selatan sepakat untuk mewujudkan kolaborasi tersebut.

"Kami bicara dengan Menkonya di Korea, MoTIE-nya (Ministry of Trade, Industry, and Energy) sepakat bahwa lapangan pekerjaan akan diprioritaskan ke lapangan pekerjaan dalam negeri dan juga kolaborasi antara BUMN, LG grup, kemudian UMKM dan pengusaha nasional yang ada di daerah," ujar Bahlil.