10 August 2022
Jakarta, FORTUNE - Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut Indonesia butuh penambahan 800.000 ton beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya seiring dengan bertambahnya penduduk.
Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Moh. Ismail Wahab, mengatakan pemerintah tengah mengintensifkan varietas padi yang mampu meningkatkan produksi dengan mengubah 67,64 persen varietas; terbaru Inpari 32 dan 42 yang produktivitasnya sudah mengalahkan varietas Ciherang.
“Dulu 2016 masih menempati urutan pertama sebagai varietas baru sebesar 36 persen. Sekarang menurun tinggal 19 persen digantikan inpari 32 dan 42. Artinya pada saat ini punya peningkatan produktivitas walaupun terjadi konversi lahan,” ujar Ismail dalam diskusi bertajuk "Menangkis Ancaman Krisis Pangan Global", Selasa (9/8).
Persoalannya, lahan pertanian kini terus menyusut. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mencatat pada 2013 lahan pertanian mencapai 7,75 juta hektare, lebih besar dari 2019 yang 7,45 juta hektare.
Kementan juga menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi ancaman krisis pangan global. Mulai dari peningkatan produksi, diversifikasi pangan, penguatan stok, hingga modernisasi pertanian.
Hingga saat ini, Indonesia baru bisa memenuhi kebutuhan beras dari dalam negeri selama tiga tahun berturut-turut tanpa perlu impor. Sementara. jagung konsumsi dan kedelai masih banyak bergantung pada impor.
Pemerintah masih berupaya menggantikan jagung pangan impor dengan produksi dalam negeri. Tetapi, katanya, tantangan pemenuhan jagung pangan dari dalam negeri terletak pada pengelolaan pascapanen: membuat jagung rendah kandungan senyawa beracun bernama aflatoksin. “Pemenuhan jagung untuk pakan ternak Indonesia tidak pernah impor selama tiga tahun,” ujarnya.
Intensifkan lahan kedelai
Untuk pemenuhan kedelai, pemerintah membuat peta jalan penanaman tanaman kedelai hingga 1,5 juta hektare hingga 2026. Produksi kedelai di lahan seluas itu diyakini dapat memenuhi kebutuhan kedelai nasional tanpa harus impor.
Upaya antisipasi terhadap ancaman krisis pangan lainnya yaitu melalui diversifikasi pangan. Menurut Ismail, konsumsi beras per kapita harus turun dan digantikan dengan sumber pangan pokok lainnya seperti singkong, sagu, maupun sorgum yang produksinya melimpah di Tanah Air.
Penyiapan lumbung pangan
Upaya selanjutnya adalah penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. Menurut Ismail, Indonesia harus memiliki lumbung pangan mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten-kota, provinsi, hingga nasional. Selain itu juga diperlukan modernisasi pertanian baik dari segi alat dan juga sumber daya manusia.
Ismail menjelaskan luas panen padi pada Januari-Juni 2021 dari 5,97 juta hektare, produksinya 30,63 juta GKG yang menghasilkan beras 17,56 juta ton. Kemudian luas panen pada Juli-Desember 2021 dengan 4,74 juta hektare produksinya mencapai 24,86 juta ton dan menghasilkan beras 14,25 juta ton.
“Sementara itu, pada 2022, pada semester I, luas panennya 6,16 juta hektare hasil produksinya 31,38 juta ton GKG dan produksi berasnya mencapai 18,0 juta ton. Perhitungan kami produksi kita lebih tinggi pada akhir 2022 dibanding 2021. Artinya kinerjanya masih bagus untuk padi,” ujarnya.