NEWS

Alasan Harga BBM Malaysia Lebih Murah Ketimbang di Indonesia

Subsidi yang ditanggung pemerintah Malaysia tak sebesar RI.

Alasan Harga BBM Malaysia Lebih Murah Ketimbang di IndonesiaSeorang petugas SPBU sedang mengisi BBM pelanggan. (Dok. Pertamina)
07 September 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Harga BBM yang lebih murah di Malaysia ketimbang Indonesia jadi sorotan warganet usai kenaikan BBM diumumkan pemerintah. Topik ini menghangat di media sosial beriringan dengan berbagai aksi penolakan atas kenaikan BBM—mulai dari pengerahan massa ke jalan hingga aksi walk out partai oposisi PKS pada rapat paripurna DPR.

Mengutip RinggitPlus.com, harga jual BBM di Malaysia periode 1-7 September 2022 memang masih jauh lebih murah ketimbang Indonesia.

Harga bensin RON 95 dalam Ringgit Malaysia (RM), misalnya, hanya RM2,05 atau setara Rp6.793 per liter (asumsi kurs Rp3.313 per RM). Kemudian, BBM Ron 97 dibanderol RM4,3 atau Rp14.250 per liter dan diesel hanya RM2,15 atau Rp7.125 per liter.

Di Indonesia, harga BBM paling murah yang dijual Pertamina saja Rp10.000 per liter. Itu pun untuk jenis Pertalite dengan RON 90 atau lebih rendah.

Lalu, pertamax dengan RON 92 dibanderol Rp14.500 per liter dan solar bersubsidi Rp6.800 per liter. Belum lagi jenis Pertamax Turbo RON 98 yang dijual Rp15.900-Rp16.250, Pertamina Dex Rp17.400-Rp18.100 per liter, dan Dexlite Rp17.100-Rp17.450 per liter.

Terkait hal ini, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan kebijakan harga BBM Indonesia tidak bisa dibandingkan secara setara dengan Malaysia. Sebab, dari segi jumlah penduduk dan konsumsi BBM, Malaysia jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia.

Dari sisi populasi kendaraan, Malaysia juga lebih rendah dengan 33 juta kendaraan. Sedangkan di Indonesia jumlah kendaraannya lebih dari empat kali lipatnya, yaitu 145 juta unit.

Dus, anggaran subsidi yang dibelanjakan pemerintah Malaysia juga takkan sebesar Indonesia. "Mereka lebih besar kasih subsidi karena penduduknya hanya 30 juta. Dan visi mereka kan ingin cepat pulih dari pandemi secara ekonomi dan secara anggaran memang mereka support dari itu," tuturnya kepada Fortune Indonesia, Rabu (7/9).

Distribusi lebih sulit

Di luar itu, ada pula masalah terkait biaya distribusi. Di Malaysia, jalur pengiriman BBM ke berbagai daerah tidak sekompleks Indonesia. Dengan medan distribusi yang relatif lebih sulit, komponen biaya distribusi otomatis membengkak lantaran moda transportasi yang digunakan beragam.

"Iya, jadi produksi untuk Ron yang sama biaya per barel pengilangannya sama. Perbedaan hanya di ongkos angkut dan lain-lain," jelasnya.

Di samping itu, neraca perdagangan migas Malaysia relatif lebih baik ketimbang Indonesia. Saat ini, kata Komaidi, Indonesia masih tercatat sebagai net oil importer dan sangat terdampak dengan kenaikan harga minyak dunia.

Sebaliknya, Malaysia hingga kini masih tercatat sebagai net eksportir. "Dan neracanya memang mereka lebih baik dari kita konsumsi dan produksinya," imbuhnya.

Lantaran itu pula, Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga (PPN), Subholding Commercial and Trading Pertamina, Irto P Ginting, mengatakan harga jual BBM Malaysia dan Indonesia tetap bisa dibandingkan secara apple to apple.

"Subsidi mereka (Malaysia) sebenarnya besar, tapi kalau dibandingkan seluruh subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, itu jauh lebih besar," tandasnya.

Related Topics