NEWS

Bank Indonesia Lepas Surat Utang Pemerintah Rp390 Miliar

Penjualan obligasi pemerintah untuk kurangi likuiditas.

Bank Indonesia Lepas Surat Utang Pemerintah Rp390 MiliarIlustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo

by Hendra Friana

19 July 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) menjual kepemilikan obligasi pemerintah di pasar sekunder untuk meningkatkan upayanya mengurangi kelebihan likuiditas di sistem keuangan.

Mengutip Bloomberg, Direktur Eksekutif Manajemen Moneter BI Edi Susianto mengatakan langkah itu dilakukan dengan melepas surat utang senilai Rp390 miliar (US$36,4 juta) dalam transaksi langsung pada Senin (18/7). Ke depan, bank sentral berencana menjual lebih banyak surat berharga negara (SBN) untuk mendukung normalisasi likuiditas rupiah.

"Tujuannya untuk menyerap ekses likuiditas di pasar keuangan sehingga dapat memperbaiki kondisi supply-demand baik di pasar uang maupun di pasar SBN,” kata Edi Susianto.

Sebagai informasi, hingga saat ini BI menjadi salah satu bank sentral yang mengerem kenaikan suku bunga untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam menghadapi kenaikan inflasi dan melemahnya mata uang.

Penjualan obligasi dapat membantu mengulur waktu bagi bank sentral yang akan mengumumkan kebijakan mengenai suku bunga utamanya pada Kamis pekan depan. Berdasarkan survei yang dilakukan Bloomberg, delapan belas dari 25 ekonom masih melihat tingkat suku bunga bertahan pada rekor terendah 3,5 persen, sementara sisanya mengharapkan kenaikan 25 basis poin.

Normalisasi moneter

Pada 14 Juli, BI memiliki total obligasi pemerintah senilai Rp824,54 triliun (U$55,04 miliar), tidak termasuk yang digunakan dalam operasi moneter dengan bank. Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan akhir 2021 yang sebesar Rp801,46 triliun.

Penjualan obligasi ini juga menandai pertama kalinya BI menjual kepemilikan tersebut sejak mengambil kebijakan moneter ultra-mudah selama pandemi, yang menghasilkan 150 basis poin penurunan suku bunga dan lebih dari 985 triliun rupiah pembelian surat utang pada akhir 2021.

Melalui telegram dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg 6 Juli lalu, oleh Gubernur Perry Warjiyo mengatakan bahwa otoritas moneter berada di jalur normalisasi moneter dengan meningkatkan rasio persyaratan cadangan, menstabilkan nilai tukar untuk meredam inflasi impor, dan normalisasi likuiditas di pasar uang.