NEWS

Biden Umumkan Larangan Impor Migas dari Rusia, Harga Minyak Melonjak

Rusia sebut minyak bisa melonjak hingga US$300 per barel.

Biden Umumkan Larangan Impor Migas dari Rusia, Harga Minyak MelonjakPresiden Amerika Serikat Joe Biden. ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

by Hendra Friana

09 March 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah memutuskan untuk melarang impor minyak dan gas Rusia, sebagai sanksi atas keputusan Vladimir Putin menginvasi Ukraina. Langkah ini juga sejalan dengan permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kepada pejabat AS dan Barat untuk mengembargo komoditas energi Rusia yang selama ini tak kunjung dilakukan. 

Sebagai catatan, ekspor komoditas energi Rusia telah menjaga arus masuk uang tunai yang stabil ke negeri tersebut meskipun berbagai negara melakukan pembatasan ketat pada sektor keuangannya.

"Kami melarang semua impor energi minyak dan gas Rusia," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih Selasa (8/4). "Itu berarti minyak Rusia tidak akan lagi diterima di pelabuhan AS dan rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya ke mesin perang (Presiden Rusia Vladimir) Putin."

Maklumat tersebut juga menandai tindakan AS tanpa keterlibatan sekutunya, Eropa, dalam memperluas sanksi ekonomi dengan menghentikan impor migas Rusia. Meski demikian, Paman Sam terus berkonsultasi dengan Eropa, yang lebih bergantung pada pasokan energi Rusia. 

Sementara itu, Uni Eropa tengah bergegas untuk menemukan alternatif impor gas setelah Moskow mengancam untuk memotong pasokan ke benua biru dari pipa utama Nord Stream 1.

Mengutip Fortune.com, mereka memprpy dapat memotong kebutuhan impornya dari Rusia sekitar dua pertiga di tahun ini dengan sejumlah syarat, antara lain memanfaatkan pasokan baru, meningkatkan efisiensi energi dan menggunakan lebih banyak energi terbarukan. 

Meski demikian, langkah itu tidak akan mudah bagi Benua Biru. Sebagai gambaran Uni Eropa membeli lebih dari 150 miliar meter kubik gas Rusia tahun lalu—sekitar sepertiga dari kebutuhannya. Itu artinya mengganti sebagian besar volume itu dalam jangka pendek adalah tugas amat berat. 

Bahkan saat ini, dengan gas Rusia yang masih mengalir, harga gas di Eropa telah melonjak—setara dengan sekitar US$400 per barel minyak.

Kondisi ini berbeda dengan AS yang umumnya mengimpor sekitar 100.000 barel per hari atau sekitar 5 persen dari ekspor minyak mentah Rusia, menurut Rystad Energy. Tahun lalu, hanya sekitar 8  impor minyak dan produk minyak AS yang berasal dari Rusia.

Harga minyak kembali melonjak

Keputusan Biden untuk menghentikan impor langsung mengerek harga minyak dunia lantaran kekhawatiran terguncangnya pasokan.

Benchmark minyak mentah Brent untuk Mei, misalnya, sempat naik ke level tertinggi di US$131,27 per barel selama perdagangan Selasa (8/3) sebelum akhirnya menetap di US$127,98 per barel, atau 3,9 persen lebih tinggi. Sementara minyak mentah berjangka AS menetap di US$123,70 per barel atau naik 3,6 persen.

Rusia, yang mengirimkan 7 juta hingga 8 juta barel per hari minyak mentah dan bahan bakar ke pasar global, telah menjadi target sanksi Barat sejak invasinya ke Ukraina pada 24 Februari. 

Namun, negeri tersebut mengancam bakal melakukan "operasi khusus," jika kebijakan larangan impor benar-benar dilakukan Barat. Bahkan mereka telah mewanti-wanti bahwa harga minyak bisa melonjak hingga US$300 per barel dengan cara membatasi suplai dengan menutup pipa gas utama ke Jerman.

Jason McMann, kepala analisis risiko geopolitik di Morning Consult, menyebut larangan AS itu patut mendapat perhatian. Namun, menurutnya, yang perlu dicermati kedepannya adalah apakah Eropa juga bakal menerapkan larangan impor serupa.

"Mengingat ketergantungan Eropa yang relatif tinggi pada pasokan energi dari Rusia, langkah seperti itu, jika terwujud, akan memiliki konsekuensi ekonomi dan geopolitik yang besar," katanya.