NEWS

Harga Makanan Naik, BPS Catat Inflasi Januari 2022 2,18%

Inflasi tertinggi sejak Mei 2020.

Harga Makanan Naik, BPS Catat Inflasi Januari 2022 2,18%Kepala BPS, Margo Yuwono. (dok. Badan Pusat Statistik)
02 February 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Januari 2022 sebesar 2,18 persen (year on year/yoy), lebih tinggi dari posisi akhir tahun 2021 yang sebesar 1,87 persen yoy.  Inflasi Januari 2022 juga menjadi yang tertinggi sejak Mei 2020.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, angka tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Mei 2020. "Di mana pada saat itu terjadi inflasi sebesar 2,19 persen yoy,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (2/2). Meski demikian, secara bulanan (month on month/mom) inflasi IHK Januari 2022 tercatat sebesar 0,56 persen mom, turun tipis dari inflasi Desember 2021 yang sebear 0,57 persen mom.

Menurut Margo, inflasi Januari 2022 disebabkan beberapa kelompok pengeluaran dengan andil yang paling besar adalah kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 1,1 persen mom atau 3,45 persen yoy. Sementara andilnya kepada inflasi secara umum sebesar 0,30 persen. Sementara itu, komoditas yang mengalami inflasi terbesar dalam kelompok ini adalah daging ayam ras dengan andil 0,07 persen, ikan segar dengan andil 0,06 persen, dan beras dengan andil 0,03 persen. 

Kelompok kedua yang mengalami inflasi tinggi adalah Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga yang mengalami inflasi sebesar 0,51 persen mom atau 1,24 persen yoy dengan andil pada inflasi umum sebesar 0,10 persen. Meski demikan, jika diilihat dari kontribusinya, komoditas yang memiliki andil paling besar adalah bahan bakar rumah tangga dengan yakni sebesar 0,06 persen. Ini dikarenakan kenaikan harga pada LPG non subsidi.

Kelompok ketiga yang mengalami kenaikan inflasi tertinggi adalah Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga dengan inflasi sebesar 0,79 persen mom atau 3,31 persen yoy. Total andil kelompok ini terhadap inflasi adalah sebesar 0,05 persen. Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditas sabun detergen cair serta upah asisten rumah tangga, di mana keduanya memberi andil sebesar 0,01 persen.

Kelompok yang Alami Defasi

Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi sehingga menghambat laju inflasi, yaitu kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan. 

Kelompok ini mencatat deflasi sebesar 0,13 persen mom atau 0,24 persen yoy. Sementara andilnya pada deflasi sebesar 0,01 persen. "Ini disebabkan oleh turunnya biaya administrasi transfer uang yang memberi andil pada deflasi sebesar 0,01 persen," jelasnya.

Kemudian, jika dilihat berdasarkan komponennya, komponen bergejolak (volatile foods) mengalami inflasi 1,3 persen yoy dengan andil 0,22 persen. Volatile foods, terdiri dari komponen energi dengan inflasi 0,64 persen dan andil 0,06 persen serta komponen bahan makanan 1,27 persen dan andil 0,23 persen.

Kemudian, inflasi inti sebesar 0,42 persen dan andil 0,27 persen. Sementara, komponen harga diatur pemerintah (administered price) inflasi 0,38 persen dengan andil 0,07 persen.

Adapun jika dilihat berdasarkan wilayahnya, inflasi terjadi di 85 kota dari 90 kota yang disurvei IHK. Sementara, 5 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,53 persen yoy dan inflasi terendah di Manokwari 0,02 persen yoy. Kemudian, deflasi tertinggi terjadi di Kotamobagu sebesar 0,66 persen ypy dan deflasi terendah di Jayapura 0,04 persen yoy.

Related Topics