NEWS

BPS Catat Inflasi Mei 3,55 Persen, Tertinggi Sejak 2017

Kenaikan inflasi dipicu tiket pesawat hingga bawang merah.

BPS Catat Inflasi Mei 3,55 Persen, Tertinggi Sejak 2017Penjual melayani pembeli di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/12/2021). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.
02 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi sebesar 0,4 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan 3,55 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Mei 2022. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan inflasi tahunan sebesar 3,55 persen tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 2017 sebesar 3,61 persen.

Kenaikan inflasi bulan lalu dipicu kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 109,98 pada April menjadi 110,42. Dengan terjadinya inflasi pada Mei, maka inflasi tahun kalender Mei 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 2,56 persen.

“Pada Mei 2022 ini terjadi inflasi sebesar 0,4 persen atau terjadi peningkatan IHK dari 109,98 pada April menjadi 110,42,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (2/6). 

Margo menjelaskan penyumbang inflasi pada Mei yang sebesar 0,4 persen secara bulanan, ini utamanya berasal dari tarif angkutan udara, telur ayam ras, ikan segar, dan bawang merah. 

Telur ayam ras, ikan segar dan bawang merah masuk dalam kelompok makanan, minuman dan tembakau yang pada Mei 2022 mengalami inflasi sebesar 0,78 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 115,31 pada April 2022 menjadi 116,21 pada Mei 2022.

4 subkelompok pada kelompok tersebut juga mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi dialami subkelompok makanan sebesar 0,90 persen dan terendah yaitu subkelompok minuman beralkohol sebesar 0,10 persen.

Kelompok ini pada Mei 2022 memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,20 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi, yaitu: telur ayam ras sebesar 0,05 persen; ikan segar dan bawang merah masing-masing sebesar 0,04 persen; daging sapi, jeruk, sawi hijau, tahu mentah, tempe, dan roti manis masing-masing sebesar 0,01 persen.

Margo menuturkan telur ayam ras menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi akibat kenaikan harga pakan ayam dan tingginya permintaan karena adanya kenaikan harga telur ayam ras di berbagai kota.

Sementara kenaikan harga ikan segar diakibatkan oleh cuaca buruk yang melanda di berbagai perairan di nusantara sehingga banyak nelayan yang tidak bisa melaut dan menyebabkan suplai terbatas.

Untuk bawang merah, yang memberikan andil sebesar 0,04 persen, penyebabnya adalah merosotnya pasokan dari daerah sentra produksi dan belum pulihnya distribusi pasca Idulfitri.

Sementara komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi, yaitu minyak goreng, daging ayam ras, cabai rawit, dan cabai merah masing-masing sebesar 0,01 persen.

Penyumbang inflasi

Sementara itu,  jika inflasi dilihat berdasarkan komponennya, andil terbesar inflasi pada Mei lalu adalah berasal dari harga bergejolak sebesar 0,16 persen. Beberapa komoditas yang masuk dalam komponen ini di antaranya telur ayan ras, bawang merah dan daging sapi.

Penyumbang kedua adalah komponen inti dengan andil 0,15 persen dengan komoditas dominan pendorong inflasi pada komponen inti adalah ikan segar, nasi dengan lauk dan roti manis. 

Ketiga adalah komponen harga diatur pemerintah sebesar 0,09 persen disebabkan karena kenaikan tarif angkutan udara. "Harga diatur pemerintah ini terjadi tren peningkatan karena pemerintah mengizinkan maskapai penerbangan melalukan penyesuaian biaya produksi untuk angkutan penumpang dalam negeri," tuturnya.

Selain itu, ia menambahkan, beberapa waktu lalu juga terdapat kebijakan kenaikan harga BBM jenis Pertamax sehingga turut menyebabkan kenaikan pada komponen harga yang diatur pemerintah.

Related Topics