NEWS

Invasi Rusia ke Ukraina, Sri Mulyani: Waspada Kenaikan Harga Komoditas

Harga minyak dan batu bara rentan naik.

Invasi Rusia ke Ukraina, Sri Mulyani: Waspada Kenaikan Harga KomoditasIlustrasi Konflik rusia-ukraina. Shutterstock/Tomasz Makowski

by Hendra Friana

25 February 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Invasi Rusia ke Ukraina menibulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap perekonnomian di banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Jauh-jauh hari, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan sudah mewanti-wanti bahwa konflik dua negara tersebut akan memicu perang dunia ketiga dan memicu krisis.

Salah satunya adalah kenaikan harga komoditas yang dapat mengerek tarif energi di berbaga negara. "Dari sisi harga komoditas kenaikan harga masih terjadi. Batu bara naik, gas naik, minyak mentah. Ini 3 komoditas yang dipengaruhi geopolitik," ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTA, Selasa (22/2) lalu.

Lantas apa saja dampak ekonomi yang berpotensi dialami Indonesia usai invasi Rusia ke Ukraina?

Harga komoditas

Seperti disebut Sri Mulyani, dampak yang mungkin akan dirasakan Indonesia jika perang meletus adalah naiknya harga komoditas di pasar global. Terutama, untuk komoditas energi seperti minyak, gas dan batu bara,

Kamis (24/2) misalnya, harga minyak dunia langsung meroket ke US$105 per barel, level tertinggi sejak 2014, usai Rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina. Indonesia, sebagai konsumen sekaligus importir bisa mengalami dampak berupa kenaikan harga  bahan bakar minyak (BBM).

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi pun menyampaikan bahwa dampak geopolitik tersebut ke APBN tak terhindarkan sebab pemerintah harus mengerek subsidi lebih tinggi untuk menghindari inflasi.

Terlebih, dalam enam bulan terakhir, harga minyak Indonesia sudah menunjukkan tren kenaikan, yakni mulai Agustus 2021 yang sebesar US$67,8 per barel hingga US$85,9 per barel pada Januari 2022. Harga minyak patokan pemerintah pun saat ini sudah cukup tinggi yakni US$85,89 per barel.

Arus modal keluar

Dampak lainya yang harus diwaspadai dari konflik Rusia-Ukraina adalah keluarnya arus modal asing atau capital outflow. Di pasar saham, misalnya, hal tersebut terlihat dari koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyusul pemberitaan serangan Rusia ke Ukraina kemain.

Usai jam makan siang, IHSG terpantau mengalami koreksi 2,04 persen menjadi 6.776 pada pukul 13.30 WIB. Meski demikian, asing tercatat beli bersih (net buy) di seluruh pasar sebesar Rp761,14 miliar dan di pasar reguler sebesar Rp680 miliar.

Ekonom senior PT Samuel Sekuritas Indonesia Fikri C Permana menilai dampak perang Rusia-Ukraina yang saat ini terjadi terhadap pasar modal domestik sifatnya hanya sementara. Pasalnya, fundamental ekonomi Indonesia relatif baik, khususnya didorong pemulihan ekonomi yang diindikasikan dengan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) dan penjualan eceran pada Januari yang mencapai level tertinggi sejak awal pandemi.

"Kami menilai efek perang Rusia-Ukraina terhadap pasar modal Indonesia akan bersifat temporer dan lebih menyebabkan perilaku berhati-hati di pasar," ujar Fikri seperti dikutip Antara.

Selain IHSG, pelemahan juga terjadi pada nilai tukar rupiah. Di hari yang sama, mata uang garuda terpantau melemah 0,37 persen menjadi Rp14.391 per dolar AS.

Riset LAB 45 menilai konflik Rusia-Ukraina berpotensi melemahkan nilai tukar lantarany adanya ancaman dikeluarkannya Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT, sehingga berdampak pada penarikan dana Rusia.

"Dampak terhadap posisi finansial dunia karena penarikan dana Rusia di keuangan global telah menyebabkan volatilitas nilai tukar," demikian kutipan riset tersebut.

Namun, pada perdagangan pagi ini rupiah menguat tipis 8 poin ke Rp14.383 akibat spekulasi perang besar tak akan terjadi karena AS dan Uni Eropa memilih menghukum Rusia secara ekonomi.