NEWS

Erick Thohir Pastikan Harga Pertamax Naik

Harga jual Pertamax dinilai tak sesuai keekonomian.

Erick Thohir Pastikan Harga Pertamax NaikMenteri BUMN Erick Thohir berdialog dengan warga di Periuk, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (12/3/2022). ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.

by Hendra Friana

31 March 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga BBM non-subsidi jenis Pertamax (RON 92) yang dijual PT Pertamina (Persero).

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan penyesuaian harga tersebut dipicu oleh melonjaknya harga minyak mentah dunia yang telah menembus US$100 per barel.

"Pemerintah sudah memastikan, Pertalite jadi subsidi, Pertamax tidak. Jadi kalau Pertamax naik mohon maaf. Pertalite subsidi," ujarnya saat berbicara pada Kuliah Umum: Milenial dan Digital Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Rabu (30/3)

Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Agung Pribadi mengatakan kenaikan harga tak lepas dari konflik Rusia-Ukraina yang masih berkecamuk. 

Selain itu, karena pasokan minyak mentah dari Rusia dan Kazakhstan ke Uni Eropa yang terganggu akibat kerusakan pipa Caspian Pipeline Consortium. “Indonesian Crude Price (ICP) sementara bulan Maret 2022 per tanggal 24 sebesar US$114,55 per barel, padahal per tanggal 1 Maret sebesar US$110,14 per barel. Bahkan ICP rata-rata bulan Februari sebesar US$95,7 per barel. Jadi masih tinggi trennya," ujar Agung.

Agung menyampaikan bahwa penghitungan harga keekonomian atau batas atas harga BBM–seperti Pertamax–selalu mempertimbangkan realisasi perkembangan harga bulan sebelumnya.

"Dengan mempertimbangkan harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 bulan April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp. 14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp. 16.000 per liter,” kata Agung.

Kenaikan dinilai wajar

Pengamat sekaligus Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan wajar bila harga Pertamax akhirnya dinaikkan terlebih dengan harga minyak dunia yang belum kunjung turun saat ini.

“Pertamax merupakan jenis BBM Umum yang tidak diberikan subsidi atau kompensasi oleh Pemerintah.Sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 69 Tahun 2021 Tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak,” ujar Mamit kepada Fortune Indonesia, Senin (28/3).

Mamit mengungkapkan bahwa penyesuaian harga yang nanti mungkin akan dilakukan Pertamina, pasti telah memperhitungkan daya beli masyarakat. “Jika dinaikan, saya tetap yakin Pertamina akan lebih murah dibandingkan dengan SPBU swasta,” ucapnya.

Mamit menilai, seharusnya harga Pertamax ini dinaikan sejak lama agar tidak menjadi beban negara. Berbeda dari jenis bahan bakar minyak (BBM) subsidi, seperti Bio Solar atau Pertalite, Pertamax tidak akan menimbulkan gejolak yang terlalu besar di masyarakat.

“Pertamax sendiri penggunanya itu segmented ya,” kata Mamit. “Oleh karena itu, inflasi karena kenaikan juga tidak akan tinggi.”

Pada 2021, Pertamax menyumbang penjualan hingga 20 persen dari total konsumsi BBM. Angka ini lebih tinggi dari 2020 yang hanya mencapai 12 persen dari total konsumsi BBM.