NEWS

Pemerintah Kaji Kenaikan Harga Pertalite dan LPG 3 Kg

Pemerintah juga batasi pupuk bersubsidi.

Pemerintah Kaji Kenaikan Harga Pertalite dan LPG 3 KgMenko Ekon, Airlangga Hartarto. (dok. Setpres)
05 April 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah tengah mengkaji kenaikan harga BBM subsidi jenis Pertalite, menyusul lonjakan harga minyak mentah dunia beberapa waktu terakhir.

Tak hanya BBM, pemerintah juga mempertimbangkan kenaikan harga LPG 3 kg yang selama ini merupakan komoditas bersubsidi. "Saat sekarang kami masih mengkaji. Nanti sesudah kaji, akan kami umumkan," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (5/4).

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga juga menyampaikan bahwa pemerintah akan membatasi pupuk bersubsidi untuk mengantisipasi kenaikan harga pupuk di pasar dunia yang berpotensi ikut mendorong inflasi komoditas.

"Bapak presiden meminta perhatian kenaikan harga pupuk karena pupuk juga naik dan dilihat dari penggunaan dalam negeri ada yang subsidi dan nonsubsidi tentu akan ada pembatasan terkait dengan komoditas prioritasnya,” tuturnya.

Pembatasan pupuk

Terkait komoditas prioritas yang nantinya akan diperuntukan untuk pupuk itu diantaranya padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai, tebu rakyat dan kakao. Di sisi lain, Airlangga menambahkan pemberian pupuk subsidi juga akan dipersempit hanya pada pupuk jenis Urea dan NPK. 

“Pupuk yang disubsidi juga mulai dibatasi Urea dan NPK kita ketahui Urea sekarang harganya mendekati US$1.000 (per ton) dan Potas dan KCL Indonesia impor dari Ukraina oleh karena itu Bapak Presiden mewanti-wanti agar subsidi pupuk tepat sasaran,” kata dia. 

Dengan demikian, diharapkan kenaikan harga pupuk di pasar dunia itu tidak membuat kelangkaan stok di petani yang belakangan mendorong harga-harga komoditas pangan tertahan tinggi pada tahun ini.

Airlangga menambahkan bahwa kenaikan harga berbagai komoditas, terutama pangan dan energi merupakan dampak dari kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina.Indeks harga pangan secara global, berdasarkan data lembaga pangan dunia FAO, tercatat di atas 140 dan komoditas minyak nabati meningkat di atas 200.

Related Topics