NEWS

Penyaluran Kredit Bank ke UMKM Rendah, Sri Mulyani Berharap ke Pinjol

Selain UMKM, akses keuangan perempuan dan pemuda pun rendah.

Penyaluran Kredit Bank ke UMKM Rendah, Sri Mulyani Berharap ke PinjolMenteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan pers secara daring, Sabtu (16/4). (dok. Kemenkeu)
12 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti rendahnya akses usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap kredit perbankan di Indonesia. Sebab, menurut data yang ia miliki, hanya 18 persen dari total kredit perbankan yang mengaliri ke UMKM, jauh lebih rendah dari rata-rata penyaluran kredit di negara tetangga yang sebesar 30 sampai 80 persen.

Padahal, UMKM memegang peranan besar terhadap pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. "Mereka menyerap 97 persen tenaga kita, menyumbang lebih 60 persen terhadap PDB dan lebih dari 60 persen dari investasi kita," ujarnya dalam International Seminar Digital Transformation for Financial Inclusion, Rabu (11/5).

Di sisi lain, pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan sangat berat terhadap UMKM lantaran berbagai kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat membuat mereka kehilangan pelanggan.

Karena itu lah, kata Bendahara Negara, pemerintah tengah fokus mengimplementasikan kebijakan untuk meningkatkan akses keuangan terhadap UMKM. Hal ini penting tak hanya untuk membuat mereka bisa bertahan menghadapi pandemi, melainkan juga mendorong efek pengganda yang lebih besar ke perekonomian.

"Terutama dalam penyerapan tenaga kerja dan pemulihan pertumbuhan ekonomi kita yang mengalami pukulan selama pandemi," ucapnya.

Selain UMKM, pemerintah juga menaruh perhatian besar terhadap pemberdayaan kaum perempuan. Sebabnya, kaum perempuan memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. 

Merujuk studi McKinsey Global Institute, kesetaraan gender dapat meningkatkan PDB Global hingga 11 persen atau senilai US$12 triliun. Hal ini sangat signifikan dan dibutuhkan dalam pemulihan ekonomi. 

Tak hanya itu, jika seluruh dunia dapat sepenuhnya menyadari potensi perempuan, implikasinya bagi ekonomi global bahkan lebih signifikan, yakni mencapai US$26-28 triliun atau 26 persen dari PDB dunia. 

"Mendorong akses perempuan ke akses keuangan tak hanya mengamankan kehidupan perempuan dan keluarganya, tapi juga membuat mereka lebih berdaya dalam melakukan aktivitas usaha seperti UMKM," imbuh mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.

Kelompok lain yang ia soroti memiliki akses keuangan rendah adalah anak muda. Menurut Sri Mulyani, pemuda yang jumlahnya mencapai 16 persen populasi global, masih memiliki akses keuangan rendah lantaran mereka tak memiliki kelengkapan data identitas atau kesulitan mendapatkan persetujuan dalam membuka akun bank.

"Pemuda diasosiasikan berisiko tinggi, tidak memiliki pendapatan stabil, serta memiliki deposito rendah dan kurang stabil," tuturnya.

Andalkan Fintech

Meski demikian, Sri Mulyani bersyukur kemajuan teknologi informasi turut andil dalam pemberdayaan tiga kelompok tersebut. Dalam hal peningkatan inklusi keuangan, perusahaan jasa teknologi finansial (fintech) dapat didorong untuk memberikan akses pendanaan atau pinjaman online (pinjol) agar mereka bisa segera pulih dari dampak Covid-19.

"Untuk UMKM, kita bisa meningkatkan inklusi keuangan dengan fintech yang bisa membantu mereka menemukan lebih banyak pilihan pendanaan," ucapnya.

Dengan kemudahan akses yang disediakan fintech, masyarakat juga dapat bertransaksi dengan efisien, transparan, serta meminimalisasi kontak fisik yang penting untuk kondisi pandemi.

Meski demikian, untuk perempuan khususnya yang berada di sektor informal, tantangan utamanya adalah minimnya literasi dan digital serta literasi keuangan digital. "Anda tidak bisa hanya membuka akun untuk perempuan dan berharap mereka menggunakan akunnya secara aktif," tuturnya.

Karena itu peningkatan literasi keuangan menurutnya juga penting agar fintech dapat memberikan manfaat optimal bagi perekonomian. "Tanpa literasi keuangan dan edukasi akan sangat sulit untuk membuat akun dan membuatnya memiliki implikasi positif atau keuntungan lain terhadap ekonomi," jelasnya.

Related Topics