NEWS

Rekor Baru! Neraca Perdagangan RI April Surplus US$7,56 Miliar

Surplus disebabkan peningkatan ekspor dan penurunan impor.

Rekor Baru! Neraca Perdagangan RI April Surplus US$7,56 MiliarSuasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/11/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
17 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Neraca perdagangan pada April 2022 mengalami surplus sebesar US$7,56 miliar. Jumlah itu meningkat dibandingkan surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$4,53 miliar. 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan capaian tersebut juga merupakan rekor surplus tertinggi sepanjang sejarah neraca perdagangan RI. 

Kenaikan surplus disebabkan penurunan nilai impor di tengah meningkatnya kinerja ekspor nasional. Tercatat, nilai ekspor Indonesia mencapai US$27,32 miliar sementara impornya sebesar US$19,76 miliar.

"Surplus terjadi selama 24 bulan berturut-turut. Surplus ini rekor baru, tertinggi sepanjang sejarah. Sebelumnya rekor tertinggi dicatatkan pada Oktober 2021 yang sebesar US$5,74 miliar," ujarnya dalam Konferensi Pers, Selasa (17/5). 

Margo menjelaskan, kinerja ekspor Indonesia di bulan lalu mengalami peningkatan secara tahunan (year on year/yoy) maupun bulanan (month to month/mtm). Secara bulanan, ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar 3,11 persen sementara secara tahunan sebesar 47,76 persen.

"Perkembangan ekspor yoy Januari-April 2022 pertumbuhannya sangat impresif. Sebut saja Januari, tumbuh 25,37 persen. Februari 34,19 persen. Maret 44,37 persen, dan April 47,76 persen. Kalau dibandingkan 2021, secara rata-rata sama-sama trennya meningkatkan, tapi magnitudo-nya lebih tinggi 2022," ucap Margo.

Untuk pertumbuhan secara bulanan, ada dua sektor yang kinerja ekspornya mengalami peningkatan. Pertama, sektor pertambangan dan lainnya dengan peningkatan 18,58 persen. "Ini terjadi akibat kenaikan komoditas batu bara yang harganya meningkat tapi volumenya turun 9,46 persen," tuturnya.

Kemudian, sektor kedua adalah pertambangan dan lainnya di mana kontributornya adalah bijih tembaga yang mengalami kenaikan volume penjualan ke luar negeri. "Harganya turun tapi volumenya meningkat 45,20 persen," tuturnya.

Sektor lainnya yang mengalami peningkatan kinerja ekspor adalah migas. Secara bulanan, kinerja sektor ini mengalami kenaikan ekspor sebesar 2,01 persen. "Ini disebabkan peningkatan komoditas hasil minyak di mana volumenya April ini meningkat dibandingkan Maret 2022," imbuhnya.

Kendati demikian, ada pula sejumlah sektor yang mengalami penurunan kinerja ekspor secara bulanan yakni pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor industri pengolahan (manufaktur). Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami penurunan sebesar 8,42 persen mtm di mana penyebab utamanya adalah komoditas kopi dan buah-buahan. "Ini penyumbang terbesar menurunnya kinerja ekspor pertanian, kehutanan dan perikanan," imbuhnya.

Adapun industri pengolahan mengalami penurunan ekspor 0,89 persen MTM akibat menurunnya komoditas barang perhiasan dan barang berharga serta nikel. "Dua komoditas ini lah penyebab menurunnya ekspor industri pengolahan," jelasnya.

Penurunan impor

Sementara itu, nilai impor Indonesia mengalami penurunan secara bulanan maupun tahunan. Secara bulanan, penurunan impor terutama terjadi pada komoditas nonmigas yang mencapai 13,65 persen menjadi US$15,95 miliar. Namun, impor nonmigas masih tercatat tumbuh sebesar 12,47 persen secara tahunan.

Adapun impor migas mengalami kenaikan sebesar 9,21 persen secara bulanan dan 88,49 persen secara tahunan menjadi US$3,81 miliar. "Penurunan impor masih sesuai dengan siklus tahun lalu," kata dia.

Berdasarkan penggunaan barangnya, menurut dia, impor konsumsi turun 6,4 persen secara bulanan tetapi masih naik 4,21 persen secara tahunan menjadi US$ 1,7 miliar. "Penurunan impor konsumsi ini terutama terjadi karena penurunan impor vaksin," tuturnya.

Adapun impor bahan baku penolong turun 8,68 persen yoy atau secara tahunan menjadi US$15,54 miliar, akibat menurunnya impor besi dan baja. Sedangkan impor barang modal turun 19,34 persen menjadi US$2,52 miliar. 

Jika dilihat secara nilainya, lanjut Margo, impor terbesar sepanjang April lalu terjadi pada komoditas mesin dan peralatan mekanis mencapai US$483,4 juta, disusul besi dan baja US$252,1 juta, kendaraan dan bagiannya US$201 juta, serta biji logam US$ 173,9 juta. 

Kemudian, terjadi kenaikan impor pada komoditas sayuran sebesar US$63,6 juta, disusul biji dan buah mengandung minyak US$45 juta, dan buah-buahan 44,1 juta. "Kenaikan terbesar terjadi untuk impor dari Argentina, Kuwait, dan Filipina. Sedangkan penurunan terbesar terjadi untuk impor dari Thailand, Jepang, India dan Cina," paparnya.

Related Topics