NEWS

Sri Mulyani Bilang Bloomberg Heran Banyak Anak Muda Enggan Ngantor

Pandemi membawa banyak pengalaman berharga bagi pemerintah.

Sri Mulyani Bilang Bloomberg Heran Banyak Anak Muda Enggan NgantorSri Mulyani di acara serah terima BMN Tahap 2 kepada Pemda, Yayasan, Perguruan Tinggi, dan Kementerian Lain. (Doc: Kementerian PUPR)
10 January 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, membagikan cerita tentang pertemuannya dengan miliarder AS, Michael Bloomberg, saat berada di Amerika Serikat. Menurutnya, pria berusia 80 itu heran dengan banyaknya anak muda yang enggan kembali ke kantor dan memilih bekerja dari rumah atau work from home (WFH) meski pembatasan aktivitas masyarakat telah dilonggarkan.

"'Saya enggak ngerti kenapa anak-anak muda sekarang itu enggak suka pergi ke kantor. Mereka lebih suka di rumah ibunya'," ujar Sri Mulyani mengutip Bloomberg dalam acara CEO Banking Forum, Senin (9/1).

Menurut Sri Mulyani, hal ini menggambarkan bahwa pandemi telah mengubah kebiasaan masyarakat secara drastis dan akan bertahan cukup lama. 

Terlebih, banyak anak muda yang memasuki dunia kerja pada masa pandemi dan tidak terbiasa dengan pergi ke kantor. Karenanya, kebiasaan sebelum ada pandemi harus kembali dibangun dari awal.

"Apa yang terjadi di dalam pemulihan sesudah tiga tahun manusia hibernated, kita semua kan hibernated kan ada di ruangan masing-masing di rumah. Suddenly, kantor itu menjadi tempat yang tidak familiar," jelasnya.

Pun demikian, setelah tiga tahun dihadapkan oleh pandemi yang sampai saat ini masih belum usai, masyarakat lebih percaya diri. Sebab, telah tersedia vaksinasi yang membuat masyarakat kembali berani melakukan aktivitas di luar rumah.

Masalahnya, saat masyarakat kembali mulai beraktivitas, muncul masalah lain, seperti inflasi. Hal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi pemerintah dan sektor usaha sejak tahun lalu hingga tahun ini.

Tahun penuh pembelajaran

Namun, menurut Sri Mulyani, tahun-tahun pandemi memberi banyak pengalaman bagi pemerintah terutama untuk membaca situasi dan merumuskan kebijakan yang tepat.

"Kalau Anda terus belajar melihat fenomena, membaca data, melihat dan memahami konteks, Anda akan better equipped melihat yang disebut extraordinary situation," ujarnya.

Tidak hanya menyangkut masalah kesehatan, pandemi juga memberikan pembelajaran yang besar terkait inflasi. Ketika pandemi belum berakhir, negara-negara mulai melakukan normalisasi sehingga disrupsi karena ketidaksinkronan sisi suplai dan pasokan yang mamacu inflasi.

Hal ini kemudian direspons dengan kenaikan suku bunga, tingginya cost of fund, dan kemungkinan pemulihan ekonomi akan kembali mengalami pelemahan.

"Itu baru cerita ekonomi. Lalu muncul perang di Ukraina, geopolitik, yang memperparah sisi suplai. Karena Ukraina dan Rusia yang menghasilkan komoditas siginifikan. Sehingga harga pangan menjadi terpengaruh," katanya.

Karena itu, menurutnya 2023 benar-benar perlu dihadapi dengan optimisme sekaligus hati-hati. 

"2023 dunia harus menjinakkan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Pada saat debt stock-nya tinggi, ini pasti berdampak tidak hanya resesi di berbagai negara yang utangnya sangat tinggi, tapi juga berpotensi mengalami debt crisis," ujarnya.

Related Topics