NEWS

Suntikan Modal PLN Baru Terserap 57 Persen di 2022

Sisa PMN akan diserap di tahun 2023.

Suntikan Modal PLN Baru Terserap 57 Persen di 2022Dok. Istimewa

by Hendra Friana

29 November 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo memperkirakan perusahaannya baru bisa menyerap Rp2,87 triliun atau 57 persen dari total Rp5 triliun penyertaan modal negara (PMN) di tahun ini.

Suntikan modal yang diberikan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi PLN tersebut rencananya akan dialihkan untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan di tahun depan. "Prognosis penyerapan pada akhir 2022 senilai Rp2,87 triliun. Selebihnya akan diserap di 2023," ujarnya dalam rapat di komisi VI DPR, Senin (28/11).

Darmawan menjelaskan, PMN Rp5 triliun itu semula didistribusikan untuk tiga program. Pertama, pembangkitan senilai Rp225,34 miliar. Ini antara lain akan digunakan untuk PLTA Kumbih berkapasitas 45 MW di Sumbagut serta tiga pembangkit geothermal yakni PLTP Songa Wayaua, PLTP Ulumbu, PLTP Mataloko.

Kedua, transmisi dan gardu induk senilai Rp2,55 triliun. Ini antara lain digunakan untuk perluasan transmisi dan gardu induk di Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi. Ketiga, distribusi dan listrik desa senilai Rp2,21 triliun antara lain di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Maluku Papua, dan Nusa Tenggara.

Di luar itu, PLN juga mengajukan PMN sebesar Rp10 triliun untuk 2023. Rencananya, sekitar Rp1,74 triliun di antaranya akan dialokasikan pada fungsi pembangkit EBT. Kemudian, Rp3,78 triliun lainnya untuk fungsi transmisi dan gardu induk. Terakhir, Rp4,48 triliun akan digunakan untuk fungsi distribusi dan listrik pedesaan.

Alokasi PMN di daerah 3T akan menghadirkan listrik untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan akan menciptakan multiplier effect melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan kualitas pendidikan, dan peningkatan pelayanan kesehatan. Hal tersebut juga akan mendorong titik-titik pertumbuhan ekonomi yang baru di daerah setempat. 

Biaya mahal listriki kawasan 3T

Menurut Darmawan, suntikan modal pemerintah penting untuk mendukung program elektrifikasi di kawasan terpencil. Sebab, biaya investasi yang dibutuhkan PLN ke kawasan-kawasan tersebut cukup mahal. Ini lantaran infrastruktur ketenagalistrikan yang dibangun sangat masif, sementara konsentrasi penduduk yang tinggal di wilayah tersebut masih minim dan tersebar.

"Untuk menyambung listrik di wilayah normal itu membutuhkan sekitar Rp1-2 juta per rumah tangga. Untuk daerah terpencil 3T itu membutuhkan investasi sangat tinggi, yaitu Rp25-45 juta per pelanggan," ujar Darmawan.

Dengan adanya PMN dari pemerintah, rasio elektrifikasi desa-desa terpencil meningkat secara bertahap. Pada 2021, rasio elektrifikasi PLN 97,26 persen. Setelah PMN hadir, rasio elektrifikasi meningkat menjadi 97,49 persen pada Oktober 2022, dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 97,53 persen pada Desember 2022 dan 97,81 persen pada 2023.

Rasio desa berlistrik PLN juga demikian, yang pada 2021 masih 90,78 persen. "Dengan adanya PLN meningkat menjadi 90,97 persen di Oktober 2022 dan akan terus meningkat menjadi sekitar 93,83 persen di 2023," kata Darmawan.