NEWS

Imbas Invasi Ukraina, Rusia Resmi Jatuh ke Jurang Resesi

Sepanjang 2022 ekonomi Rusia ditaksir terkoreksi.

Imbas Invasi Ukraina, Rusia Resmi Jatuh ke Jurang ResesiPresiden Rusia Vladimir Putin. Shutterstock/Frederic Legrand - COMEO

by Luky Maulana Firmansyah

18 November 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Setelah hampir sembilan bulan menginvasi Ukraina, Rusia resmi memasuki era resesi atau pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut. Perekonomian Rusia bahkan ditaksir akan terkoreksi sepanjang tahun ini.

Menurut data resmi yang dirilis pemerintahnya, Rabu (16/11), produk domestik bruto (PDB) Rusia pada kuartal ketiga tahun ini merosot 4 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Itu melanjutkan penurunan 4,1 persen pada kuartal sebelumnya secara tahunan.

Dalam pengumumannya, pemerintah Rusia menyebut aktivitas grosir, ritel, pengiriman, dan manufaktur turun selama Juli sampai Agustus tahun ini. Meski demikian, sektor pertanian dan konstruksi masih mengalami pertumbuhan dalam periode yang sama.

Dikutip dari The Moscow Times, perekonomian Rusia sempat bernasib baik pada awal 2022 dengan tumbuh 3,5 persen secara tahunan. Namun, itu semua berubah ketika negara tersebut mulai menyerang Ukraina.

Pada gilirannya, Rusia pun mendapatkan sanksi dari negara-negara Barat atas invasinya ke Ukraina. Pembatasan ekspor dan impor, kekurangan staf, dan masalah pasokan suku cadang telah membebani perekonomian negara tersebut.

Proyeksi ekonomi

Ilustrasi Perang Rusia Ukraina. Shutterstock/Viacheslav LopatinIlustrasi Perang Rusia Ukraina. Shutterstock/Viacheslav Lopatin

Hingga saat ini, Rusia dinilai telah berhasil menghindari dampak ekonomi terburuk dari serangannya terhadap Ukraina, menurut CBS News. Terlepas dari sanksi Barat dan eksodus perusahaan multinasional, lonjakan harga minyak dan gas, serta kontrol modal yang diberlakukan oleh pemerintah, Rusia mampu membayar dan meningkatkan nilai tukar rubel.

Setelah Rusia terkena sanksi Barat, bank sentral Rusia pun secara drastis menaikkan suku bunga acuan dari 9,5 persen menjadi 20 persen untuk melawan inflasi dan menopang rubel.

Walau begitu, ekonomi Rusia ditaksir tetap akan terkoreksi sepanjang tahun ini. Dana Moneter Internasioal (IMF) dan Bank Dunia masing-masing memproyeksikan penurunan PDB Rusia pada 2022 sebesar 3,4 persen dan 4,5 persen.

Sementara itu, pemimpin Bank of Russia, Elvira Nabiullina, menyatakan bahwa kinerja perekonomian dapat terus memburuk.

"Kita benar-benar perlu melihat situasi dengan sangat bijaksana, dengan mata terbuka," katanya kepada majelis rendah Rusia, yang dikenal sebagai Duma, menurut kantor berita Interfax. Dia meminta para pejabat untuk “bersiap terhadap perkembangan apa pun."

Menyitir laman Business Insider, Bank sentral Rusia sebelumnya memperkirakan perekonomian negara tersebut akan jatuh 3 sampai 3,5 persen pada keseluruhan tahun.

Dalam penelitiannya, Bank of Russia menyatakan tanda ekonomi memburuk telah muncul sejak akhir September ini: permintaan dan penawaran menurun, namun inflasi melonjak tajam. Menurut data dari Trading Economics, inflasi Rusia pada Oktober 2022 mencapai 12,6 persen, atau lebih rendah dari 13,7 persen pada bulan sebelumnya.