NEWS

PLN Pastikan Pasokan PLTU Aman Meski Harga Batu Bara Melejit

Industri diminta prioritaskan dalam negeri meski harga naik.

PLN Pastikan Pasokan PLTU Aman Meski Harga Batu Bara MelejitKapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Rabu (1/9/2021). ANTARA FOTO/Makna Zaezar
30 September 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN memastikan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam negeri masih terjaga meski harga komoditas tersebut tengah melejit. Lonjakan harga itu sebelumnya dikhawatirkan akan membuat industri menggenjot ekspor ketimbang memenuhi kepentingan batu bara dalam negeri atau domestic market obligation (DMO).

“Pasokan untuk PLN saat ini masih terjaga. Kami di-support penuh oleh Dirjen Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM dan kerja sama yang baik dengan pemasok tentunya,” kata Direktur Energi Primer PLN, Rudy Hendra Prastowo, kepada Fortune Indonesia, Kamis (30/9).

Rudy mengatakan PLN juga memastikan bahwa pengiriman pasokan batu bara untuk PLTU sampai saat ini masih lancar. Seandainya terlambat, lanjutnya, hal itu biasanya akibat faktor cuaca.

Perusahaan juga tidak mencemaskan kemungkinan industri batu bara akan lebih memilih meningkatkan ekspor ketimbang memenuhi kebutuhan domestik, “Pengiriman ekspor juga diatur oleh Dirjen Minerba. Jadi Dirjen Minerba yang akan mengatur,” katanya.

Industri harus prioritaskan kebutuhan dalam negeri

Harga batu bara mencetak rekor tertinggi kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Trading Economics, harga komoditas emas hitam tersebut per Kamis (30/9) melesat menjadi US$212,00 per ton, atau meningkat 261,8 persen secara tahunan.

Acuan harga batu bara dari Kementerian ESDM per September ini ada pada posisi US$150 per ton. Padahal, pemerintah mengatur harga batu bara untuk kebutuhan DMO hanya sebesar US$70 per ton.

Selisih harga pasar dengan harga ketetapan dalam negeri ini dikhawatirkan bakal membuat industri berbelok ke ranah ekspor. Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, saat ini kondisinya memang "tak mudah" bagi pelaku industri batu bara. Pasalnya, genjotan pada ekspor akan menghasilkan keuntungan lebih besar.

Dalam hematnya, pelaku industri seyogianya tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. Demi merespons kondisi terbaru ini, Kementerian ESDM, PLN, maupun pelaku industri mesti bisa berkoordinasi dengan baik agar pasokan batu bara di dalam negeri tetap lancar.

“Memang kalau dari sisi produksi sekitar 600 juta ton, di mana 200 juta ton itu porsi untuk domestik. Teman-teman industri masih bisa dapat 400 juta ton dengan harga market saat ini,” kata Komaidi.

Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI), saat ini realisasi produksi batu bara tercatat 444,58 juta ton, atau sekitar 71,1 persen dari target 625 juta ton. Sedangkan, realisasi ekspor sebesar 217,2 juta ton atau 44,6 persen dari target, dan realisasi DMO sebesar 63,47 juta ton atau 46,2 persen dari target.

Pengusaha jamin pasokan

Namun, menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Batubara Indonesia (Apbi), Hendra Sinadia, sampai saat ini industri masih berkomitmen memenuhi pasokan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri. Indikatornya, lanjut dia, paling tidak belum ada laporan bahwa sejumlah PLTU mengalami krisis pasokan.

“Logikanya sepanjang pasokan di PLTU itu aman berarti kan pasokan perusahaan ke dalam negeri ya tetap lancar meskipun harga di luarnya naik berapa kali lipat,” kata Hendra.

Menurut Hendra, perusahaan, terutama yang memiliki kontrak dengan PLN, juga tentu masih akan memasok batu bara meski dengan harga US$70 per ton. “Meskipun harga naik sampai berapa pun kan perusahaan jualnya tetap sesuai dengan harga kontrak. Berarti, perusahan-perusahaan yang tadinya sudah kontrak sama PLN, meskipun harga di atas US$200, ya tetap mereka pasok,” katanya.

Related Topics