NEWS

Survei: Sebagian Masyarakat Menilai Kondisi Ekonomi Masih Buruk

Ketidakpuasan masyarakat membaik dari tahun lalu.

Survei: Sebagian Masyarakat Menilai Kondisi Ekonomi Masih BurukPengunjung di pusat perbelanjaan, Denpasar, Bali, Selasa (10/8/2021). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

by Luky Maulana Firmansyah

27 September 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini menilai kondisi perekonomian nasional masih buruk. Meski begitu, tingkat ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi itu membaik dibandingkan tahun lalu.

Persepsi ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi ekonomi ini tercermin pada hasil survei Indikator Politik Indonesia. Lembaga ini melakukan jajak pendapat ihwal evaluasi publik terhadap penanganan pandemi, pemulihan ekonomi, dan demokrasi dengan melibatkan 1.200 responden pada17-21 September.

Berdasarkan survei tersebut, 36,7 persen responden menilai kondisi ekonomi saat ini masih buruk. Bahkan, ada sekitar 7,4 responden yang menyatakan perekonomian saat ini sangat buruk.

Sedangkan, hanya 16,8 responden yang menilai kondisi perekonomian baik atau sangat baik. Sisanya, 33,3 responden cenderung mempersepsikan kondisi perekonomiaan saat ini sedang atau biasa saja.

“Kalau kita total 44,1 persen (responden) mengatakan kondisi ekonomi nasional waktu survei dilakukan ini dalam keadaan buruk atau sangat buruk. Jadi, ini lebih banyak yang mengatakan keadaan ekonomi nasional buruk ketimbang baik,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dalam rilis hasil survei secara daring, Minggu (26/9).

Membaik dari tahun lalu

Meski mayoritas masyarakat masih meyakini buruknya kondisi ekonomi tersebut, namun tingkat ketidakpuasan itu terlihat membaik ketimbang 2020. Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia pada Mei tahun lalu, saat Covid-19 pertama mewabah tercatat ada 80,1 responden yang menyatakan kondisi ekonomi buruk, meningkat signifikan dari bulan sebelumnya yang hanya 24,1 persen responden.

Survei sama juga mencatat persentase responden yang menganggap kondisi ekonomi itu buruk terus menurun hingga April 2021, yakni 49,5 persen. Setelah itu, tingkat persepsi ketidakpuasan ekonomi kembali naik pada Juli 2021 dengan 52,5 persen responden menganggap kondisi perekonomian memburuk.

“Saya kira ini bertepatan dengan gelombang kedua varian Delta yang diikuti dengan penerapan PPKM Darurat sehingga mobilitas masyarakat yang awalnya sempat mengalami pelonggaran kembali diperketat. Dan itu membuat mobilitas masyarakat dalam mencari nafkah menjadi terganggu,” kata Burhanuddin.

Namun pada September 2021, menurut survei Indikator Politik, potret ketidakpuasan ini kembali membaik dengan hanya 44,1 responden yang menilai ekonomi buruk. Menurut Burhanuddin, perbaikan ini disinyalir seiring dengan pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di sejumlah daerah.

“Memang masih lebih memang yang mengatakan buruk, sedangkan yang mengatakan baik cuman 16,8 persen. Kita bisa cek siapa mereka yang mengatakan buruk umumnya adalah mereka yang tidak punya fixed income atau sektor informal,” katanya.

Ekspektasi ke depan meningkat

Ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi perekonomian dalam negeri sebelumnya juga tercatat dalam hasil survei indeks keyakinan konsumen (IKK) Bank Indonesia. Indeks ini merupakan salah satu indikator yang mengukur sehat atau tidaknya perekonomian dari kacamata konsumen. Jika nilai indeks di atas 100 menunjukkan optimisme, dan sebaliknya di bawah 100 memperlihatkan pesimisme.

Menurut catatatan BI, IKK pada Agustus 2021 mencapai 77,3. Angka ini lebih rendah dari 80,2 pada bulan sebelumnya. Ini mengindikasikan asyarakat kini cenderung pesimistis terhadap pemulihan ekonomi. 

“Survei konsumen Bank Indonesia pada Agustus 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi masih tertahan, seiring dengan berlanjutnya kebijakan pembatasan mobilitas pada periode survei untuk mengatasi penyebaran varian Delta Covid-19,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, Rabu (8/9).

Bank Indonesia membagi IKK dalam dua indikator. Pertama, indeks kondisi ekonomi (IKE) saat ini. Kedua, indeks ekspektasi kondisi ekonomi (IKE) dalam enam bulan ke depan.

Menurut BI, indeks kondisi ekonomi saat ini mencapai 63,4, turun dari sebelumnya 74,1. Data ini menyiratkan bahwa masyarakat bisa jadi merasakan kondisi ekonomi sangat sulit terutama dalam enam bulan ke belakang.

Namun, ada secercah harapan bahwa dalam enam bulan ke depan perekonomian akan membaik. Ini tampak dari nilai indeks ekspektasi konsumen yang meningkat menjadi 107,3 dari sebelumnya 104,3.