Migrasi 3 Bank Tuntas, BSI Layani Nasabah dengan Single System
Kode transfer antar-bank milik BSI ialah 451.
Jakarta, FORTUNE – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi melayani seluruh nasabah dan masyarakat Indonesia dengan single system per 1 November 2021. Hal ini menandai tahap akhir dari proses migrasi nasabah serta awal baru bagi dunia perbankan syariah di Indonesia.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan, single system menyatukan produk dan layanan yang ada di tiga bank legacy dalam satu sistem BSI. Dengan begitu, sistem tersebut bakal mendukung kinerja BSI dari sisi aset hingga laba.
“Artinya BSI single system betul-betul bank hasil merger dengan single system, dan sudah running mulai tanggal 1 November. Dengan adanya single system ini, kami yakin BSI akan semakin besar baik dari sisi aset, laba, pembiayaan, dan pengguna mobile banking,” kata Hery Gunardi melalui video conference di Jakarta, Senin (1/11).
Sementara terkait proses migrasi nasabah, BSI telah menyelesaikan seluruh proses tersebut pada bulan Juli 2021, yang artinya 4 bulan lebih cepat dari target yang dicanangkan.
Kode transfer antar-bank milik BSI 451
Selain itu, dengan single system ini artinya sekarang BSI memiliki satu core banking system, satu enterprise data, serta satu sandi kode transfer bank di 451.
Sebelumnya, kode transfer bank masih masih tiga jenis yaitu bisa melalui 451, 422 dan 427 sesuai dengan 3 nama bank syariah sebelum merger, yakni BRI Syariah, BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri. Sementara itu, untuk pelaporan keuangan saat ini semua sudah dengan nama Bank Syariah Indonesia.
BSI utamakan 3 poin penting pengembangan bisnis
Hery menambahkan, terdapat tiga hal penting yang menjadi pegangan BSI dalam pengembangan bisnis. Pertama adalah transformasi, perubahan model bisnis optimal dan value creation.
Pada poin pertama, jelas Hery, BSI terus bertransformasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan juga perubahan serta mencoba hal-hal baru yang memang bisa memberikan trajektori perubahan bisnis yang bagus dan solid.
Kedua adalah menemukan perubahan bisnis model yang optimal. Sejak melakukan merger, bisnis model yang dimiliki oleh 3 bank legacy belum tentu sesuai dengan tuntutan nasabah saat ini. Untuk itu, BSI melakukan tuning untuk memperbaiki, mengimprove bisnis model yang ada di BSI saat ini, baik itu di segmen bisnis, teknologi dan delivery channel.
"Terakhir adalah value creation, baik dari aspek bisnis maupun operation dan juga perubahan bisnis model. Tujuan akhirnya adalah menuju kepada satu value creation yang optimal," tambah Hery.
Kinerja masih positif
Dengan berpegang pada ketiga nilai tersebut, BSI mampu menorehkan kinerja yang terus meningkat pada triwulan III 2021 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp2,26 triliun atau naik 37,01 persen secara year on year (yoy). Perolehan laba bersih yang gemilang ditopang pula kinerja berbagai sektor. Di antaranya perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp219,19 triliun.
Terkait DPK, Hery menegaskan pihaknya terus meningkatkan pertumbuhan tabungan khususnya tabungan wadiah. Per September 2021, tabungan wadiah BSI tumbuh signifikan sebesar 16,22 persen (yoy) atau mencapai Rp30,35 triliun. Adapun secara total tabungan, BSI membukukan pertumbuhan 11,57 persen (yoy) dengan angka mencapai Rp91,43 triliun pada kurun waktu yang sama.
Pertumbuhan tabungan tersebut berdampak kepada membaiknya cost of fund BSI yang kini sekitar 2,10 persen. Persentase tersebut turun signifikan dibandingkan dengan Desember 2020 yang sebesar 2,67 persen. Selain DPK, kinerja pembiayaan pun tak kalah moncer. Pembiayaan BSI mampu tumbuh sekitar 7,38 persen yoy yang mencapai Rp163,32 triliun. BSI pun mampu menjaga kualitas pembiayaan (NPF) nett sebesar 1,02%.
Hery menjelaskan bahwa pertumbuhan pembiayaan disokong oleh pembiayaan konsumer yang mencapai Rp77,89 triliun. Jumlah itu naik sekitar 21,43 persen yoy dari sebesar Rp64,14 triliun. Disusul gadai emas yang tumbuh 15,58 persen yoy dengan penyaluran mencapai Rp4,42 triliun dari sebelumnya Rp3,82 triliun.