TECH

Didesak Mundur, Mark Zuckerberg Malah Pamer Main Anggar di Metaverse

Proyek ambisius metaverse tak selalu berjalan mulus.

Didesak Mundur, Mark Zuckerberg Malah Pamer Main Anggar di MetaverseLogo Meta. Shutterstock/rafapress
03 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pergantian nama dari Facebook Inc ke Meta platform tidak membuat para pionir metaverse terkesan. Sejumlah pihak justru mengkritik keputusan tersebut.

Dikutip dari Reuters, Rabu (3/10) punggawa Facebook Inc Mark Zuckerberg baru saja mengganti nama Facebook menjadi. Sebab ambisinya ingin mengembangkan metaverse, dunia digital yang luas. Namun, langkah itu mendapat ganjalan berbagai pihak, bahkan Zuck didesak mundur.

Seorang "Whistleblower” atau pelapor pelanggaran dari perusahaan teknologi asal AS Facebook, Frances Haugen, mendesak Zuckerberg mundur dari jabatannya agar terdapat perbaikan dalam cara kerja Facebook. “Saya pikir tidak mungkin perusahaan akan berubah jika dia tetap menjadi CEO,” ujar Frances dalam acara Web Summit di Lisbon seperti dilansir dari Reuters, Rabu (3/11).

Pernyataan itu menyusul tindakan Frances yang melaporkan pada publik dan menegaskan akan lebih baik jika seseorang yang berfokus pada keamanan privasi dan data menggantikan Zuckerberg, agar kepercayaan masyarakat pada Facebook bisa kembali.

Dituding mengambil metaverse

Ilustrasi CEO Facebook, Mark Zuckerberg.
Ilustrasi CEO Facebook, Mark Zuckerberg. (Wikimedia Commons)

Ryan Kappel, asal Amerika Serikat, sejak beberapa tahun belakangan sudah mengadakan pertemuan di berbagai metaverse. Dia melihat Meta Platforms ingin mengambil metaverse. "Mereka sebenarnya mencoba membuat apa yang sudah dirintis oleh kolega kami, tapi, mencitrakan ulang sebagai milik mereka," kata Kappel.

Seorang investor mata uang kripto dar Inggris Raya yang dikenal sebagai Pranksy pernah membeli perumahan virtual awal 2020 lalu. "Saya rasa Facebook mengganti nama lebih dulu untuk mengamankan merek dagang secara legal sesegera mungkin sebelum lebih banyak merek yang tertarik," kata Pranksy.

Arthur Sychov mendirikan metaverse bernama Somnium Space pada 2017. Dia menilai CEO Facebook Mark Zuckerberg terburu-buru mengganti nama. "Seperti mencoba memasukkan nama mereka ke narasi metaverse, yang saat ini sedang berlangsung," kata Sychov.

Kepala komunikasi di Decentraland, perusahaan yang menjalankan dunia virtual, Dave Carr, mengatakan langkah Facebook masuk ke metaverse mendapat kritik dari para pengguna dunia virtual tersebut tentang kontrol konten. "Orang yang mempertimbangkan masa depan dunia virtual, mereka menempati, mempertahankan kepemilikan hasil kreasi dan bergerak bebas. Mereka akan memilih versi yang tidak terpusat," kata Carr.

Pendiri perusahaan nft42, Tristan Littlefield secara terang-terangan mengatakan tidak suka praktik menjual data yang dilakukan Facebook.

Littlefield sudah menggunakan metaverse sejak 2018. Tapi, menurut dia, jika raksasa seperti Facebook masuk dan mau menggelontorkan banyak uang, bisa jadi akan mendatangkan banyak orang ke dunia virtual tersebut.

Mark Zuckerberg main anggar di metaverse

(Facebook/Handout via REUTERS)

Related Topics