TECH

Akibat Tekanan Inflasi, Pasar Ponsel RI Terjungkal pada Q3-2022

Oppo menjadi penguasa pasar ponsel domestik.

Akibat Tekanan Inflasi, Pasar Ponsel RI Terjungkal pada Q3-2022ilustrasi ponsel (unsplash.com/Jordan)
16 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pasar ponsel Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini tertekan oleh tingginya tekanan inflasi. Namun, smartphone kelas menengah ke atas masih banyak permintaan karena disinyalir daya beli segmen ini masih tetap baik.

Siaran pers Internasional Data Corporation (IDC), Selasa (15/11), menyatakan pengapalan ponsel pintar Indonesia pada Juli sampai September tahun ini hanya mencapai 8,1 juta unit atau turun 12,4 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Menurut Associate Market Analyst IDC Indonesia, Vanessa Aurelia, kondisi pasar smartphone itu dihantui inflasi yang mencapai 5,95 persen secara tahunan (yoy) pada September. Kenaikan indeks harga konsumen itu ditengarai akibat lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM), yang "berdampak pada daya beli konsumen dan permintaan secara keseluruhan,” ujar Aurelia. Menurutnya, produsen smartphone merespons kondisi tersebut dengan mempertimbangkan peluncuran produk secara strategis, serta menawarkan pelbagai diskon dan cashback untuk mendorong permintaan.

Lalu, menurut Canalys, pengiriman smartphone Indonesia pada periode sama turun 21 persen secara tahunan—lebih tinggi dari catatan IDC. Firma riset itu mengutip “kondisi ekonomi makro yang tidak menunjukkan perbaikan”.

“Permintaan smartphone yang tinggi pada Q3/2021 setelah pelonggaran pembatasan COVID-19 yang menghasilkan pengiriman yang lebih tinggi membuat kuartal ini terlihat lebih buruk,” ujar Senior Analyst Canalys, Firman Abdillah, dalam rilis pers, Senin (14/11).

Ponsel menengah atas tetap perkasa

Ilustrasi toko ponsel. Shutterstock/bodnar.photo
Ilustrasi toko ponsel. Shutterstock/bodnar.photo

Meski pasar ponsel secara keseluruhan turun, situasi berbeda terjadi pada segmen smartphone menengah. Dalam catatan IDC, ponsel pintar pada kisaran harga Rp3 juta–6 jutamenunjukkan permintaan yang stabil, dan di atas Rp6 juta malah memperlihatkan penguatan.

Situasi tersebut berbeda ketimbang segmen Rp1,5 juta–3 juta yang membukukan penurunan.

IDC memperkirakan pergerakan nilai tukar yang fluktuatif, kenaikan suku bunga, dan , situasi inflasi tinggi, pasar smartphone secara keseluruhan diperkirakan tetap berada di bawah tekanan. Karenanya, pengapalan ponsel pintar secara keseluruhan pada 2022 akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Senada, Firman Abdillah dari Canalys menyebutkan ponsel pintar dengan harga di atas Rp7 juta takkan terdampak oleh ekonomi makro. Menurut firma riset ini, situasi itu terjadi karena konsumen di kelas ini memiliki daya beli tergolong baik.

“Segmen harga Rp7 juta–10 juta dapat menjadi pasar yang menarik mengingat pertumbuhannya yang tinggi di masa ekonomi yang bergejolak,” ujarnya.

Memasuki kuartal keempat tahun ini, menurut Abdillah, Canalys memproyeksikan perkembangan positif pasal ponsel sejalan dengan pemulihan ekonomi. Menurutnya, terdapat oprtimisme akan kemungkinna permintaan ponsel pintar dengan harga terjangkau.

“Kami mungkin melihat peningkatan lebih lanjut dalam spesifikasi di sini untuk model-model baru. Hal ini dapat memicu permintaan melalui peningkatan ponsel cerdas, terutama bila ada kemungkinan permintaan yang terpendam di Q4,” katanya.

Persaingan Oppo vs Samsung

Ilustrasi ponsel pintar. Shutterstock/ImYanis
Ilustrasi ponsel pintar. Shutterstock/ImYanis

Related Topics