TECH

Alasan Google Belum Rilis Robot Serupa ChatGPT: Masalah Reputasi

Teknologi ChatGPT berisiko terhadap bias sosial.

Alasan Google Belum Rilis Robot Serupa ChatGPT: Masalah Reputasiilustrasi browser google chrome (pexels.com/PhotoMIX Company)

by Luky Maulana Firmansyah

19 December 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Inovasi teknologi ChatGPT belakangan ramai disorot oleh warganet di media sosial. Pasalnya, “robot” yang dibangun berdasarkan kecerdasan buatan (AI) itu sanggup memenuhi berbagai permintaan tugas, mulai dari membuat esai, membantu pekerjaan siswa, dan bahkan memecahkan kode pemrograman.

Fortune.com menyatakan robot itu kemungkinan bakal mengguncang bisnis pencarian Google. Meski demikian, para pemimpin Google belum lama ini dikabarkan telah membahas teknologi tersebut. Mereka optimistis bahwa ChatGPT belum siap untuk menggantikan mesin pencarian.

CEO Alphabet, Sundar Pichai, dan Kepala AI Google, Jeff Dean, dilaporkan menggelar pertemuan secara khusus untuk membahas kehadiran ChatGPT. Pada kesempatan tersebut, seorang karyawan bertanya apakah perusahaan tertinggal untuk merilis platform serupa CHatGPT.

Pichai dan Dean dikabarkan menanggapi pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa model bahasa AI Google sebenarnya memiliki kemampuan sama dengan ChatGPT. Namun, menurut mereka, perusahaan mesti bergerak "lebih konservatif” karena risiko yang dapat mengancam reputasi perusahaan.

“Kami benar-benar ingin mengeluarkan hal-hal ini menjadi produk nyata dan menjadi hal-hal yang lebih menonjol menampilkan model bahasa daripada di balik layar, di mana kami telah menggunakannya hingga saat ini,” kata Dean, seperti dilansir dari The Verge, Senin (19/12). "Tapi, sangat penting kita melakukan ini dengan benar,” ujarnya.

ChatGPT dikembangkan oleh firma penelitian dan pengembangan OpenAI yang berbasis di Amerika Serikat (AS). OpenAI sendiri didirikan oleh sejumlah investor, termasuk Sam Altman, Peter Thiel, dan Elon Musk pada 2015. Namun, Elon telah mengundurkan diri dari jabatan sebagai Dewan OpenAI pada 2018.

Pada 2019 perusahaan itu menerima investasi dari Microsoft dengan nilai US$1 miliar

Sistem AI Google

Tangan pengusaha menggunakan smartphone untuk mencari informasi dan mengobrol dengan AI atau kecerdasan buatan, Database dengan sistem cerdas, teknologi masa depan, kemajuan teknis, ChatGPT. Shutterstock/Noos Studio.Tangan pengusaha menggunakan smartphone untuk mencari informasi dan mengobrol dengan AI atau kecerdasan buatan, Database dengan sistem cerdas, teknologi masa depan, kemajuan teknis, ChatGPT. Shutterstock/Noos Studio.

Para eksekutif Google mengatakan teknologi di dalam ChatGPT sebenarnya masih belum matang untuk diluncurkan kepada pengguna. Pasalnya, ada masalah seperti bias chatbot, toksisitas, dan kecenderungannya untuk mengada-ada.

Di sisi lain, Pichai mengaku Google memiliki "banyak" rencana untuk fitur bahasa AI tahun depan.

“Ini adalah area tempat kami harus berani dan bertanggung jawab sehingga kami harus menyeimbangkannya,” katanya.

Google kabarnya telah mengembangkan sejumlah model bahasa besar (Large Language Models/LLMs) berbasis AI yang memiliki kemampuan setara dengan ChatGPT seperti BERT, MUM, dan LaMDA, yang semuanya telah digunakan untuk meningkatkan hasil pencarian Namun, peningkatan itu masih terbatas pada membantu pengguna untuk lebih memahami maksud mereka ketika melakukan penelusuran.

Dalam kasus OpenAI, mereka semula berhati-hati dalam mengembangkan teknologi LLMs. Namun, belakangan perusahaan mengubah taktiknya dengan meluncurkan ChatGPT, sekaligus membuka akses untuk umum.

Meskipun LLMs seperti ChatGPT menampilkan fleksibilitas dalam menghasilkan bahasa, ada juga masalah umumnya, demikian The Verge. Teknologi itu berpotensi memperbesar bias sosial yang ditemukan dalam data pelatihan, dan seringkali merendahkan wanita dan orang kulit berwarna.

Bahkan, pengguna telah menemukan ChatGPT "berbohong" tentang berbagai masalah, mulai dari mengarang data historis dan biografis, hingga membenarkan klaim palsu.

CEO OpenAI, Sam Altman, pun mengakui bahwa ChatGPT masih memiliki keterbatasan. Dia menggarisbawahi soal kemungkinkan platform yang bisa membuat kesalahan yang menyesatkan.

“Menjadi kesalahan jika mengandalkan (CHatGPT) untuk hal-hal penting,” ujarnya.