TECH

CEO Binance: Mata Uang Digital Bank Sentral Tak Mengancam Aset Kripto

CBDC memberikan pilihan bagi masyarakat.

CEO Binance: Mata Uang Digital Bank Sentral Tak Mengancam Aset KriptoKonsep Mata Uang Digital Bank Sentral CBDC. Shutterstock/Panchenko Vladimir

by Luky Maulana Firmansyah

04 November 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – CEO Binance, Changpeng Zhao, menanggapi tren sejumlah bank sentral pelbagai negara yang ramai-ramai tengah berencana merilis mata uang digital bank sentral (CBDC). Menurutnya, CBDC tersebut tak mengancam posisi aset kripto.

Dalam konferensi teknologi di Eropa, Rabu (2/11), Zhao berpendapat CBDC justru akan menjadi semacam pengakuan bagi manfaat teknologi blockchain.

Sebagian besar bank sentral utama, termasuk Federal Reserve Amerika Serikat, Bank of England, dan Bank Sentral Eropa, dilaporkan tengah mempelajari potensi peluncuran mata uang digital.

Menurut Zao, teknologi blockchain justru mesti tersedia untuk CBDC dan diadopsi oleh pemerintah.

"Ini akan memvalidasi konsep blockchain, sehingga siapa pun yang masih memiliki kekhawatiran tentang teknologi, akan mengatakan: 'Oke, pemerintah kami menggunakan teknologi sekarang'," kata Zhao seperti dikutip Reuters.

Tren CBDC

Ilustrasi Binance. Shutterstock/askarimIlustrasi Binance. Shutterstock/askarim

Zhao dianggap telah melunakkan sikapnya ketimbang yang pernah dia tunjukkan sebelumnya dalam hal CBDC.

Tahun lalu, Zhao mengatakan CBDC takkan pernah menawarkan kebebasan yang sama seperti aset kripto termasuk Bitcoin dan Ethereum. “Sebagian besar mata uang digital bank sentral akan memiliki banyak kontrol yang melekat padanya,” katanya saat itu.

Menurut data dari Atlantic Council, negara-negara yang telah mengadopsi CBDC ini adalah Nigeria, Jamaika, Bahama, dan delapan negara kepulauan Karibia.

Data sama menunjukkan 15 negara saat ini sedang menguji coba CBD, termasuk Cina, Kazakhstan, Thailand, Arab Saudi, Swedia, Afrika Selatan, dan Rusia.

Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) sempat menggembar-gemborkan kemampuan CBDC yang dapat mendorong inklusi keuangan. Namun, sejumlah pihak sangsi atas pernyataan tersebut, dan meyakini kenyataan bisa menjadi sebaliknya.

Indonesia juga tengah mengembangkan CBDC atau rupiah digital. Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, CBDC ini merupakan salah satu bentuk wujud transformasi digital bank sentral.

“Salah satu perwujudan transformasi dalam membangun bank sentral masa depan adalah dengan penerbitan mata uang digitak bank sentral,” ujar Perry, Kamis (25/8), seperti dilansir dari Antara.

Menurutnya, ada tiga aspek utama dalam CBDC. Proses penciptaan uang digital menyiratkan pilar kedaulatan suatu negara dan sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah.

Lalu, distribusi CBDC dapat dilakukan melalui sistem wholesale atau grosir atau ritel dengan mengadopsi Distributed Ledger Technology (DLT). Kemudian, terdapat tiga syarat penerbitan CBDC, meliputi pengembangan desain konseptual, membangun infrastuktur yang mengintegrasikan sistem pembayaran dengan pasar uang secara integrasi, interkoneksi, dan interoperabilitas, dan bersinergi bersama bank sentral lain dalam membangun platform digital CBDC terbaik yang mendukung ekspansi antar negara.