Menyusul Twitter, Meta Platforms Bakal Lakukan PHK Karyawan Massal
Saham Meta turun lebih dari 70% sepanjang 2022.
Jakarta, FORTUNE – Meta Platforms Inc., santer dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal terhadap karyawannya. Perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan Whatsapp ini memang tengah mengalami gejolak bisnis sepanjang tahun ini.
Meta disebut akan memulai efisiensi pekerja secara besar-besaran pada pekan ini, lansir Fortune.com (8/11).
Sumber yang mengetahui masalah tersebut menyatakan ada “ribuan pekerja” yang akan terdampak oleh kebijakan efisiensi perusahaan. Per September 2022, Meta tercatat mempekerjakan 87.000 pekerja di seluruh dunia.
Sinyal efisiensi ini tampak dari pengumuman Meta. Sebelumnya, perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat itu telah memberitahu karyawannya untuk membatalkan perjalanan yang tidak penting mulai pekan ini.
PHK tersebut bahkan diperkirakan bakal terjadi dalam jumlah yang signifikan sejak perusahaan berdiri pada 2004, demikian The New York Times.
Bisnis Meta
Keuangan Meta telah mengalami ganjalan selama berbulan-bulan, dan perusahaan tersebut berupaya keras untuk menekan biaya, demikian The Strait Times.
Perusahaan dilaporkan telah menghabiskan dana miliaran dolar untuk membangun dunia imersif metaverse. Namun, langkah itu terjadi di tengah perlambatan kinerja perekonomian global dan kemelut inflasi.
Perusahaan membukukan penurunan saham mencapai lebih dari 70 persen tahun ini. Investor Meta disebut sangsi terhadap ambisi metaverse perusahaan karena diyakini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mendulang keuntungan.
Pada saat yang sama, Meta menghadapi tantangan besar dari TikTok, aplikasi video pendek besutan Bytedance, perusahaan teknologi dari Cina. Mereka juga menghadapi masalah kebijakan perubahan privasi pada perangkat Apple.
Pada Oktober, Meta membukukan penurunan laba kuartalan 50 persen. Kala itu, perusahaan menyatakan akan "membuat perubahan signifikan di seluruh kursi direksi untuk beroperasi lebih efisien", termasuk dengan mengecilkan beberapa tim, dan dengan mempekerjakan hanya di bidang prioritas tertinggi.
CEO Meta, Mark Zuckerberg, selama beberapa bulan terakhir, telah memberikan isyarat mengenai periode lebih sulit di masa depan. Dia bahkan sempat mengatakan perusahaan menghadapi salah satu “kemerosotan terburuk sejauh ini”.
Efisiensi Twitter
Twitter belum lama ini juga menempuh kebijakan efisiensi. Perusahaan media sosial itu dikabarkan melakukan PHK terhadap 3.700 pekerjanya. Namun, belakangan, Twitter dilaporkan telah meminta beberapa karyawannya yang dipecat untuk kembali bekerja.
Dikutip dari Tech Crunch, Twitter meminta beberapa orang untuk kembali karena pemberhentian mereka merupakan sebuah kesalahan. Pemanggilan kembali ini dilakukan karena karyawan tersebut dianggap penting dalam membangun fitur di platform sesuai dengan keinginan Elon Musk, pemilik baru Twitter, sekaligus CEO Tesla.
Sebelumnya, perusahaan telah memecat sejumlah orang di pelbagai departemen, termasuk hak asasi manusia, aksesibilitas, etika pembelajaran mesin, transparansi dan akuntabilitas, periklanan, pemasaran, komunikasi, teknik, dan kurasi.
Jadi, tidak mengherankan jika Twitter akhirnya menyadari beberapa karyawan itu penting untuk menjaga platform berjalan dengan lancar, serta untuk mengerjakan fitur-fitur baru.
Dalam beberapa minggu setelah mengambil alih perusahaan, Musk telah menjanjikan banyak fitur baru seperti proses verifikasi yang diubah, serta paket berlangganan layanan premium Twitter Blue yang kini dipatok US$8.