TECH

Meski Ada Isu FTX, Goldman Sachs Sebut Tertarik Caplok Bursa Kripto

Krisis FTX disinyalir mengakibatkan valuasi industri turun.

Meski Ada Isu FTX, Goldman Sachs Sebut Tertarik Caplok Bursa KriptoIlustrasi perdagangan kripto. Shutterstock/Rokas Tenys
06 December 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Goldman Sachs dikabarkan tengah menjajaki pembelian atau investasi pada platform pertukaran aset kripto meskipun belakangan mengapung isu bursa FTX. Kabarnya, bank investasi asal Amerika Serikat tersebut menyiapkan dana hingga puluhan juta dolar.

Dalam wawancara dengan Reuters, Selasa (6/12), Kepala Aset Digital Goldman Sachs, Matthew McDermott, menyatakan perusahaan tengah melakukan uji tuntas pada sejumlah perusahaan aset kripto. Namun, dia tidak memerinci lebih lanjut perihal nama-nama perusahaan tersebut.

"Kami memang melihat beberapa peluang yang sangat menarik, dengan harga yang jauh lebih masuk akal," kata McDermott dalam pernyataannya.

Menurutnya, kasus bursa aset kripto FTX baru-baru ini telah mendorong permintaan akan platform pertukaran tepercaya serta teregulasi dengan baik. Dan, kata dia, bank-bank besar telah melihat peluang untuk mencaplok perusahaan aset kripto.

FTX bulan lalu mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di Amerika Serikat. Kejatuhan bursa aset kripto ini memicu kekhawatiran akan dampaknya ke industri aset kripto secara luas, serta pada saat yang sama mendorong urgensi untuk memperketat pengawasan.

"Ini pasti membuat pasar turun dalam hal sentimen. Sama sekali tidak diragukan lagi," kata McDermott.

Menurut cointelegraph, investor institusi, seperti Goldman Sachs, disinyalir mencari peluang untuk membeli maupun berinvestasi di platform pertukaran aset kripto dengan harga yang lebih rendah. Sebab, kemelut FTX telah mengakibatkan penurunan valuasi industri tersebut.

Peluang bisnis

Ilustrasi aset kripto. Shutterstock/Chinnapong

Kepada CNBC, CEO Goldman Sachs, David Solomon, sempat mengatakan meski aset kripto sangat spekulatif, perseroannya melihat masih banyaknya potensi dalam teknologi yang mendasarinya. Pernyataannya ini disampaikan di tengah ramainya isu FTX.

Perusahaan jasa keuangan itu tercatat telah berinvestasi di 11 perusahaan aset digital yang menyediakan layanan seperti kepatuhan, data aset kripto, dan manajemen blockchain.

Di sisi lain, Goldman Sachs, bersama MSCI dan Coin Metrics, turut meluncurkan datonomy layanan data, yang bertujuan mengklasifikasikan aset digital berdasarkan cara penggunaannya.

Perusahaan juga membangun teknologi buku besar terdistribusi secara mandiri, kata McDermott.

Menurut Reuters, Goldman Sachs bukan satu-satunya perusahaan jasa keuangan yang tertarik melebarkan sayap bisnisnya ke aset kripto.

Menurut Kepala Eksekutif Britannia Financial Group, Mark Bruce, perusahaan bertujuan untuk melayani pelanggan yang ingin melakukan diversifikasi ke mata uang digital, tetapi belum pernah melakukannya sebelumnya.

Dia menambahkan perusahaan juga akan melayani investor yang sangat akrab dengan kelas aset tersebut, tetapi menjadi gugup menyimpan dananya di bursa aset kripto sejak keruntuhan FTX.

Britannia mengajukan lebih banyak lisensi untuk menyediakan layanan aset, seperti melakukan kesepakatan untuk orang kaya, katanya.

"Kami telah melihat lebih banyak minat klien sejak kematian FTX," katanya. "Pelanggan telah kehilangan kepercayaan pada beberapa bisnis baru di sektor kripto, dan mencari rekanan yang lebih tepercaya."

Related Topics