TECH

Metaverse Di Antara Keniscayaan Semesta Baru dan Peluang Ekonomi

Metaverse merupakan pengembangan AR, VR, dan AI.

Metaverse Di Antara Keniscayaan Semesta Baru dan Peluang EkonomiIlustrasi metaverse. Shutterstock/Skipper_SR
06 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Jenama metaverse belakangan ini menjadi buzzword atau kata-kata yang populer baik di dalam dunia teknologi maupun ekonomi bisnis. Tentu saja kehadiran ruang virtual tersebut masih perlu diuji kehadirannya kelak.

Namun, bagi sejumlah pihak, metaverse niscaya merupakan semesta baru.  

Metaverse dipandang sebagai evolusi dari cara maupun media untuk menikmati konten audio visual. Mundur ke belakang, televisi mungkin menjadi satu-satunya media untuk mengakses konten tersebut. Seiring waktu (dan perkembangan teknologi), hadir sejumlah media terbaru, seperti ponsel pintar, laptop, maupun tablet.

“Konten telah berubah. Jika sebelumnya dua dimensi, sekarang menjadi tiga dimensi. Konten juga interaktif. Kita telah memasuki masa depan tanpa frame, atau frameless future,” kata Executive Chairman & Co-Founder Wir Group, Daniel Surya, kepada Fortune Indonesia, Senin (21/2).

WIR Group adalah satu dari sedikit perusahaan di Indonesia yang telah lama berkecimpung di dunia teknologi, khususnya virtual reality (VR), augmented reality (AR), dan artificial intelligence (AI). WIR Group mengklaim telah menangani lebih dari 1.000 klien di 20 negara. Perusahaan ini baru saja melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di pasar modal April lalu. 

Secara sederhana, metaverse adalah dunia virtual tiga dimensi yang memungkinkan penggunanya saling berinteraksi satu sama lain. Definisi ini tentu akan berkembang lagi beriring teknologi metaverse yang bakal tercipta.

Istilah metaverse semakin populer usai Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, mengumumkan untuk mengganti nama perusahaannya menjadi Meta Oktober tahun lalu.

Meski demikian, nama metaverse sesungguhnya sudah ada sejak 1992—ketika Zuckerberg masih sekolah dasar. Meta sendiri dalam bahasa Yunani berarti after atau beyond. Sedangkan verse merupakan kependekan dari universe—atau alam semesta.

Bentuk metaverse

Ilustrasi kesepakatan bisnis di metaverse. Shutterstock/Athitat Shinagowin

Tak hanya definisi metaverse yang masih menjadi perdebatan. Bentuk dari metaverse juga akan beragam, tergantung dari pembuatnya.

Menurut Daniel, metaverse adalah pengembangan dari AR, VR dan AI. Perlu dicatat, VR adalah teknologi yang memungkinkan pengguna masuk ke alam digital. Sedangkan, AR adalah teknologi untuk melihat sebuah karakter virtual atau avatar di dunia nyata.

Dalam aras ini, metaverse merupakan sebuah alam virtual dengan masyarakat di dalamnya masing-masing memiliki karakter sendiri. Sebagai misal, seseorang yang menyatakan diri sebagai seorang pria berambut hitam klimis dengan jas berwarna cokelat, serta jins berwarna biru. Ketika bergabung ke ruang itu, seseorang tersebut bisa bertemu, berinteraksi, menjelajahi, bahkan bertransaksi bersama seseorang lain.

WIR Group sendiri telah mengembangkan DAV Smart Kiosk bersama Alfamart untuk gerai mereka di kota tier dua dan tiga. Melalui alat seperti layar vertikal, memungkinkan foto bersama avatar sekaligus memesan barang. Sedangkan melalui Mindstores, Alfamart menghadirkan toko virtual. 

“Kami sudah membuat teknologi ini sejak 2016. Kuncinya adalah frameless dan cashless,” kata Daniel. WIR Group akan mengembangkan dan menyempurnakan lebih lanjut penemuan itu menjadi metaverse.

Kepada Fortune Indonesia, On Lee, Chief Executive Officer dan Chief Technology Officer GDP Labs, mengatakan, metaverse adalah sebuah platform yang dibangun di atas fondasi blockchain.

Menurutnya, demi menjadi pemenang dalam dunia metaverse, pemain yang memiliki komponen paling lengkap akan menjadi pemenang. Komponen itu bukan hanya konten, melainkan juga hardware, networking hingga pembayaran.

Dari situ, tak heran jika Meta mengakuisisi Oculus VR Inc. pada 2014 senilai US$2 miliar. Lalu, Microsoft yang mengakuisisi Activision Blizzard, pembuat film World of Warfare dan permainan Candy Crush senilai US$68,7 miliar, sekaligus merger dan akuisisi (M&A) terbesar dalam sejarah gim. 

“Metaverse sebagai platform bisa dikembangkan sehingga memiliki fungsi sebagai social networking, entertainment, gaming, meeting, webinar, dan lainnya,” kata On Lee, yang telah menggeluti dunia teknologi lebih dari 37 tahun itu.

Perusahaan merambah metaverse

Ilustrasi Metaverse. Shutterstock/metamorworks
Ilustrasi Metaverse. Shutterstock/metamorworks

Related Topics