TECH

Riset Google: Tahun Ini, Ekonomi Digital RI Tembus Rp1.196 Triliun

Nilai ekonomi digital Indonesia terbesar di Asean.

Riset Google: Tahun Ini, Ekonomi Digital RI Tembus Rp1.196 TriliunIlustrasi ekonomi digital. Shutterstock/Insta_Photos
28 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Riset terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company meramalkan perekonomian digital Indonesia tahun ini akan tumbuh, dan bakal terus melaju dalam beberapa tahun mendatang. 

Dalam laporan bertajuk “e-Conomy Sea 2022: Through the waves, toward a sea of opportunity”, nilai ekonomi digital Indonesia yang diukur dalam volume barang dagangan kotor (GMV) ditaksir tumbuh 22 persen menjadi US$77 miliar atau lebih dari Rp1.196 triliun. GMV ekonomi digital Indonesia pada 2025 bahkan diprediksi akan mencapai US$130 miliar atau lebih dari Rp2.020 triliun.

Laporan itu menegaskan e-commerce merupakan pendorong utama perekonomian digital Indonesia.

Nilai transaksi perdagangan elektronik Indonesia tahun ini ditaksir mencapai US$59 miliar atau lebih dari Rp916 triliun. Sementara, GMV layanan transportasi dan makanan daring pada periode sama diprediksi mencapai US$8 miliar, media online sekitar US$6,4 miliar, dan layanan perjalanan daring US$3 miliar.

Nilai perekonomian digital domestik tergolong sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Thailand, misalnya, dikenai GMV ekonomi pada nilai taksiran US$35 miliar pada 2022, lalu Vietnam US$23 miliar, Malaysia US$21 miliar, Filipina US$20 miliar, dan Singapura US$18 miliar.

Secara keseluruhan, GMV ekonomi digital Asia Tenggara mencapai US$200 miliar tahun ini, dan dalam tiga tahun terakhir terdapat penambahan 100 juta pengguna internet baru di kawasan.

Tren konsumen digital

Ilustrasi ekonomi digital.
Ilustrasi ekonomi digital. (Pixabay/Geralt)

Indonesia juga akan membukukan tingkat konsumsi berbagai layanan ekonomi digital yang konsisten. Buktinya, 50 persen konsumen menyatakan akan menggunakan e-commerce dalam 12 bulan ke depan dengan laju frekuensi yang sama seperti dalam tiga bulan terakhir.

Sementara itu, 65 persen responden menyatakan masih akan mengakses layanan supermarket online dalam setahun ke depan. Kemudian, 51 persen dan 61 persen responden mengaku masih akan menggunakan layanan transportasi dan pesan-antar makanan dalam 12 bulan ke depan.

Dari sisi adopsi, 89 persen konsumen di wilayah perkotaan menyatakan telah mengakses e-commerce, dan 80 persen responden mengaku telah memanfaatkan layanan transportasi daring.

Tingkat adopsi warga perkotaan pada layanan pesan-antar makanan mencapai 79 persen, video-on-demand 63 persen, supermarket online 59 persen, musik on-demand 57 persen, dan perjalanan 52 persen. Lantas, 48 persen konsumen menyatakan bersedia untuk membayar lebih banyak untuk produk atau layanan yang ramah lingkungan.

Ekonomi digital solusi inflasi

ilustrasi : ekonomi digital
Shutterstock/Treecha

Related Topics