TECH

Survei: Gamer Percaya Metaverse Akan Berdampak Positif ke Ruang Gim

Namun, 30 persen responden masih meragukannya.

Survei: Gamer Percaya Metaverse Akan Berdampak Positif ke Ruang GimIlustrasi Metaverse. Shutterstock/Thinkhubstudio
19 July 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Survei terbaru perusahaan perangkat lunak internasional Globant, serta firma riset pasar YouGov menunjukkan bahwa para gamer meyakini metaverse akan berdampak positif terhadap ruang gim.

Dalam survei bertajuk Metaverse Awareness Survey, 52 persen gamer percaya metaverse akan mengubah industri video game. Bahkan, 41 persen responden sepakat metaverse akan berdampak positif terhadap industri tersebut ketimbang 25 persen yang menyatakan sebaliknya. Sementara itu, 30 persen gamer masih ragu terhadap konsep metaverse.

"Seiring pengetahuan tentang metaverse dan kemampuannya menjadi lebih umum, kami menantikan untuk melihat sentimen ini menyebar ke lebih banyak orang di seluruh industri,” kata Nicolas Avila, Chief Technology Officer Globant Amerika Utara, seperti dikutip pada Selasa (19/7).

Keragu-raguan terhadap metaverse ini disinyalir karena responden belum akrab terhadap teknologi imersif. Sebanyak 60 persen gamer memang yakin soal definisi metaverse, namun menurut mereka perkara familiar dan interaksi masih menjadi tantangan.  

Lalu, 39 persen gamer berpendapat metaverse akan menjadi mapan dalam waktu kurang dari lima tahun, sedangkan 38 persen responden memperkirakan waktunya bisa lebih lama.

Metaverse dapat dianggap sebagai ruang virtual tempat sosialisasi dan transaksi, termasuk pengalaman video game, terjadi. Sebagai catatan, survei ini melibatkan 1.000 orang dewasa Amerika Serikat yang telah bermain lebih dari tiga jam video game, baik di PC, konsol, ataupun platform seluler.

Penerapan metaverse

Ilustrasi memasuki dunia metaverse dengan headset VR/Tangkapan layar web gph.gov.sa

Dalam praktiknya, 40 persen responden menyatakan tidak nyaman dengan iklan di ruang metaverse, dan 35 persen justru mengaku nyaman. Sementara itu, 25 persen menyatakan ragu-ragu.

Sedangkan, hanya 44 persen responden yang bersedia menerima iklan di metaverse jika tersedia akses gratis ke aplikasi maupun gim.

Meta, perusahaan induk dari Facebook dan Instagram, menjadi perusahaan teratas yang dikenal oleh responden, dengan persentase mencapai 73 persen. Setelahnya, diikuti Epic Games/Fortnite 27 persen, Roblox 21 persen, The Sandbox 15 persen, dan Niantic 10 persen.

Meski hasil survei secara umum menunjukkan antusiasme yang cukup terhadap metaverse, namun teknologi itu masih terputus dengan Web3, menurut Bitcoin.com. Web3 sendiri merupakan konsep internet generasi ketiga yang menggabungkan teknologi, seperti desentralisasi dan blockchain

Pasalnya, sebagian besar gamer masih belum antusias dengan penggunaan aset kripto ataupun NFT Sebagai bukti, 81 responden menyatakan belum pernah membeli NFT, ketimbang 16 persen yang mengatakan telah menebus aset digital itu.

Hanya 34 persen responden yang berminat untuk menyelesaikan transaksi dengan aset kripto. Sebaliknya, 45 persen menyatakan tidak tertarik, dan 20 persen masih ragu-ragu.

Metaverse bisa jadi menawarkan sederet peluang bisnis. JP Morgan, salah satu bank terbesar AS, memperkirakan belanja iklan dalam gim metaverse saja akan mencapai US$18,41 miliar atau lebih dari Rp263 triliun pada 2027.

Menurut analis dari Morgan Stanley, metaverse dapat menghadirkan peluang senilai US$8 triliun. Sedangkan, kalkulasi Bloomberg menunjukkan potensi ruang virtual tersebut mencapai US$800 miliar pada 2024. Pasar gim dalam metaverse diprediksi akan menjadi ceruk pasar utama, dan setelahnya ada potensi dari bisnis hiburan, seperti film, live music, dan olahraga virtual.

Related Topics