TECH

Tren Bank Rambah Metaverse, Perusahaan Siber Ini Ingatkan Risikonya

Palo Alto Networks menyinggung risiko identitas palsu.

Tren Bank Rambah Metaverse, Perusahaan Siber Ini Ingatkan Risikonyailustrasi metaverse (dok.freepik)
16 December 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Palo Alto Networks menanggapi tren perbankan yang membangun platform digital metaverse. Perusahaan keamanan siber multinasional ini menyatakan bank mesti mewaspadai risiko yang terdapat dalam jagat maya itu.

Regional Vice President ASEAN Palo Alto Networks, Steven Scheurmann, menyatakan risiko keamanan siber di metaverse datang dari proses verifikasi bank terhadap nasabah, yang kemungkinan memunculkan identitas palsu.

Jika seseorang ingin mengakses metaverse, ia perlu membuat karakter virtual atau avatar. Karakter itu nantinya akan menjadi identitasnya di sana.

Namun, Steven mengatakan avatar tersebut bisa jadi tidak mewakili seseorang di dunia fisik alias palsu.

“Kalau saya di metaverse saya bisa pakai avatar. Avatar ini besa sangat beda dari saya. So, how do you identify avatar ini?“ kata Steven di hadapan wartawan, Kamis (15/12).

Sebagai perbandingan, jika seseorang datang langsung ke bank untuk mengurus sesuatu, pihak bank langsung bisa melihat nasabahnya. Jadi, tantangan bagi perbankan di metaverse adalah soal bagaimana mengenali karakter virtual sebagai nasabahnya. 

Di Indonesia, sejumlah bank yang telah memasuki metaverse adalah Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Di tingkat global, bank-bank yang telah memasuki ranah tersebut adalah DBS Bank, JP Morgan, HSBC, dan Fidelity Investments.

Peluang metaverse

Bermain metaverse
ilustrasi metaverse (freepik.com/pikisuperstar)

Bank besar mulai melirik metaverse karena dunia tersebut diperkiranan memiliki prospek bisnis besar, kata Steven. Dasarnya adalah laporan Palo Alto Networks, yang memperkirakan nilai belanja tahunan di metaverse bisa mencapai US$54 miliar.

Terlebih, dalam kasus Indonesia, peluang juga muncul dari jumlah generasi mudanya yang besar, yang dikenal gandrung akan teknologi.

Pemerintah Indonesia juga tampak mendukung pengembangan metaverse. Bank Indonesia baru-baru ini bahkan menyatakan rupiah digital, yang juga disebut Central Bank Digital Currency (CBDC), akan sejalan dengan pembelian kebutuhan barang sehari-hari, bahkan di dunia digital. "Nanti rupiah digital akan bisa untuk membeli sepatu, rumah, mobil, bahkan barang di metaverse," ujarnya,” kata Gubernu BI, Perry Warjiyo. Kamis (8/12).

Menanggapi itu, Steven menyatakan niat bank sentral ini jelas dapat dipahami karena memang ada prospek bisnis di sana.

“Namun, poinnya adalah bagaimana meregulasi, mengontrol, dan melindungi metaverse. Ini yang masih menjadi pertanyaan besar,” ujarnya.

Dalam kesempatan sama, Country Manager Indonesia Palo Alto Networks berpendapat dalam aspek keamanan, bank secara keseluruhan perlu memperhatikan soal platform metaverse yang dipilih, serta keamanan bagi pengguna.

“Kalau bank memperhatikan itu dan mereka bangun security measures di area itu, saya rasa akan memperbaiki postur keamanan mereka pada layanan yang mereka tawarkan di metaverse,” katanya.

Related Topics