Twitter PHK Karyawan Lagi, Pekerja di Singapura & Irlandia Terdampak
PHK menyasar divisi moderasi konten.
Jakarta, FORTUNE – Twitter dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sejumlah karyawannya pada awal tahun ini. Platform media sosial itu mengaku memang tengah berkonsentrasi untuk merampingkan timnya.
Menurut laporan Bloomberg, belasan karyawan di Singapura dan Irlandia yang terdampak kebijakan efisiensi ini. Mereka adalah pegawai pada divisi kepercayaan dan keamanan yang menangani moderasi konten global seperti masalah ujaran kebencian dan pelecehan.
Problemnya, pemangkasan karyawan ini membidik tim dengan jumlah karyawan sudah terbatas, demikian Mashable. Hal tersebut pada gilirannya dikhawatirkan bakal berdampak buruk bagi keberadaan konten di Twitter ke depan.
Media sosial yang baru saja dibeli Elon Musk ini dilaporkan melakukan PHK kepada Nur Azhar Bin Ayob, yang relatif baru direkrut sebagai kepala integritas situs untuk kawasan Asia-Pasifik, dan Analuisa Dominguez, direktur senior kebijakan pendapatan Twitter.
Selain itu, pekerja di divisi yang menangani kebijakan tentang misinformasi, seruan global, dan media negara dilaporkan ikut masuk dalam efisiensi, menurut laporan sama.
Perampingan tim
Wakil presiden kepercayaan dan keamanan Twitter, Ella Irwin, menyatakan Twitter membuat beberapa pengurangan dalam divisi kepercayaan dan keamanan.
"Kami memiliki ribuan orang dalam Trust and Safety yang mengerjakan moderasi konten dan belum memotong tim yang melakukan pekerjaan itu setiap hari," katanya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (10/1).
PHK baru-baru ini terjadi setelah hampir setengah dari karyawan Twitter dipecat pada akhir tahun lalu. Usai diakuisisi oleh Elon, Twitter memberhentikan 3.700 karyawan pada November 2022 sebagai langkah pemotongan biaya.Ratusan pekerja lainnya memilih untuk mengundurkan diri.
Twitter sejauh ini telah memecat 5.000 pekerja dari 7.500 total karyawan.
Platform media sosial itu belum lama ini mendapatkan gugatan karena kebijakan efisiensinya. Pasalnya, Twitter dituding tidak proporsional dalam pemecatan karyawan, dan cenderung menargetkan pekerja perempuan.
PHK teknologi
Di antara perusahaan teknologi, kebijakan PHK Twitter, khususnya pada tahun lalu, termasuk mendapatkan perhatian paling luas. Terlebih, efisiensi itu muncul usai platform media sosial tersebut dibeli Elon.
Sementara itu, Amazon dan Meta menjadi dua perusahaan teknologi terbesar yang melakukan PHK massal karena secara total telah menendang 21.000 pekerja pada 2022.
Menurut data dari Layoffs.fyi, situs pelacak PHK dan pemecatan karyawan, yang dikutip oleh Fortune.com, Selasa (3/1), sepanjang tahun lalu terdapat 1.172 perusahaan teknologi yang menempuh langkah PHK massal terhadap karyawannya.
Jumlah pekerja yang terdampak PHK oleh perusahaan teknologi pada tahun lalu mencapai 153.160 orang. Angka tersebut naik 10 kali lipat ketimbang tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, jumlah pekerja terdampak PHK tahun lalu masih lebih tinggi ketimbang periode awal Covid-19. Data sama menunjukkan pada Maret sampai Desember 2020 terdapat 70.000 pekerja teknologi yang kehilangan pekerjaan.