11 November 2021
Jakarta, FORTUNE - Di tengah kasus sengketa merek, Grup GoTo membeberkan penutupan pertama penggalangan dana pra-IPO. Pada putaran itu, perusahaan merger antara Gojek dan Tokopedia itu mendulang lebih dari US$1,3 miliar (Rp18,6 triliun).
Modal itu berasal dari deretan investor menonjol, termasuk anak perusahaan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), Avanda Investment Management, Fidelity International, Google, Permodalan Nasional Berhad (PNB), Primavera Capital Group, SeaTown Master Fund, Temasek, Tencent, dan Ward Ferry.
Indonesia dan Asia Tenggara merupakan pasar dengan prospek pertumbuhan menjanjikan di dunia, dilihat dari sejumlah aspek seperti populasi dan proyeksi pertumbuhan ekonomi. CEO Grup GoTo, Andre Soelistyo mengamini itu.
“Dukungan yang kami peroleh menunjukkan kepercayaan yang dimiliki investor terhadap ekonomi digital yang berkembang pesat di kawasan ini,” katanya melalui keterangan resmi, Kamis (11/11).
Penggunaan Dana Pra-IPO GoTo
Himpunan dana pra-IPO membuka peluang bagi GoTo untuk menanamkan modal lebih jauh demi mengembangkan ekosistem. Juga bisa membantu memperkuat posisi sebagai pemimpin pasar Asia Tenggara, serta menawarkan layanan lebih baik kepada pelanggan.
Secara berkelanjutan, modal itu juga bermanfaat untuk menumbuhkan total pelanggan, memperluas jasa pembayaran dan layanan keuangan, mendorong penggunaan armada transportasi, serta jaringan logistik terintegrasi. Yang pada akhirnya akan menambah pengalaman hiperlokal.
IPO GoTo Awal 2022
Grup GoTo sendiri kabarnya akan melantai di pasar modal Indonesia pada semester pertama 2022, menurut paparan Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Pandu Sjahrir pada Kamis (7/10). Selain GoTo, SiCepat dan Traveloka juga akan mengambil langkah serupa.
Menjelang penutupan akhir investasi pra-IPO beberapa pekan mendatang, masih ada nama pemodal lainnya yang diharap akan bergabung menjadi investor decacorn pertama Indonesia itu.
Peluang dan Kontribusi GoTo di Ekonomi Indonesia
Indonesia sendiri menghasilkan PDB di atas US$1 triliun. Populasinya secara global pun menduduki peringkat keempat sedunia, dengan generasi muda melek teknologi sebanyak 270 juta.
Berdasar data Euromonitor, IMF dan Bank Dunia, ekosistem GoTo meliputi hampir dua pertiga pengeluaran konsumen Indonesia—dengan pasar yang berpotensi tumbuh melampaui US$600 miliar pada 2025.
Terlebih, masih ada hampir 140 juta masyarakat dengan sedikit atau tanpa akses ke perbankan. Itu menandakan ruang pertumbuhan bagi layanan keuangan dan pembayaran yang difokuskan oleh GoTo.
Grup GoTo menawarkan ragam layanan mulai transportasi berbasis permintaan, e-commerce, pengiriman makanan dan bahan makanan, logistik, serta keuangan dan pembayaran. Dengan serangkaian produk itu, Grup GoTo mencatat lebih dari 1,8 miliar transaksi pada 2020 dengan total nilai transaksi bruto (GTV) lebih dari US$22 miliar. Itu menyumbang lebih dari 2 persen terhadap PDB Tanah Air.