3 Strategi Decathlon Jadi Raksasa Ritel Olahraga Global

Jakarta, FORTUNE - Decathlon, raksasa ritel olahraga asal Prancis ini berhasil menaklukkan dunia tanpa strategi pemasaran besar atau sponsor megah. Dengan pendekatan bisnis unik, perusahaan ini menjadi peritel olahraga terbesar di dunia.
Tidak seperti Adidas atau Under Armour, Decathlon tidak mengandalkan pemasaran bintang atau fanatisme merek. Sebaliknya, perusahaan ini mengendalikan seluruh rantai bisnisnya, mulai dari penelitian dan pengembangan hingga penjualan dan perbaikan produk di bawah mereknya sendiri.
Strategi ini memungkinkan Decathlon bertahan dari berbagai gangguan global dan terus berfokus pada misinya: meningkatkan akses terhadap olahraga dengan harga terjangkau. Selama hampir 50 tahun, Decathlon menawarkan sepatu hiking seharga €25 dan sepeda €220.
Pendiri Decathlon, Michel Leclercq, mengadopsi konsep toko perlengkapan olahraga serba ada setelah terinspirasi dari Sports Authority di Amerika Serikat. "Di Eropa, saat itu belum ada konsep seperti ini," kata Jean-Marc Lemière, CFO Decathlon, mengutip Fortune.com (3/2).
Apa kunci keberhasilan Decathlon?
Kepemilikan pribadi memungkinkan Decathlon berinvestasi untuk jangka panjang tanpa terjebak dalam tekanan keuntungan jangka pendek. Berbeda dengan Sports Authority yang bangkrut pada 2016 akibat utang besar, Decathlon tetap sehat secara finansial.
Leclercq yang berasal dari keluarga bisnis besar memilih jalur wirausaha independen. Bersama enam rekan yang juga pecinta olahraga, ia membangun Decathlon di tempat parkir Auchan, Englos, Prancis. Pada hari pertama, penjualan mencapai 9.999 Franc, sehingga mereka membeli sepasang kaus kaki untuk membulatkan angka.
"Saya rasa sekarang usianya sudah lebih dari 80 tahun, dan setiap kali saya bertemu dengannya, ia masih sangat memikirkan masa depan—apa yang akan terjadi dan apa yang harus kita kerjakan dalam 30-50 tahun ke depan," ujar Lemière.