Jakarta, FORTUNE - Di tengah tantangan dunia yang berubah dengan cepat, kita semua harus terus belajar agar tetap bersaing dan memiliki keterampilan yang relevan. Tak ada lagi ruang untuk merasa cukup ahli dan mawas diri dalam satu bidang, baik itu sebagai pemimpin, pengusaha, bahkan orang; orang-orang yang dianggap sukses adalah mereka yang terbuka untuk menjadi “siswa” abadi di bidangnya, yaitu mereka yang mau terus membaca, berdiskusi, dan mencari cara-cara baru untuk maju. Jalan menuju keahlian bukan lagi terbatas pada pendidikan formal, melainkan melibatkan mentalitas pembelajar seumur hidup, atau yang kita sebut sebagai lifelong learner.
Apa yang dimaksud dengan lifelong learner? Pemikiran seorang lifelong learner ditandai oleh dorongan untuk tidak hanya merespons perubahan, tetapi juga untuk merangkul dan terkadang bahkan mendorong terjadinya perubahan tersebut. Mereka melihat setiap tantangan sebagai kesempatan untuk bertumbuh, dan kegagalan sebagai pelajaran yang berharga. Dengan banyaknya perubahan konstan yang terjadi di dunia kita, komitmen untuk belajar secara berkelanjutan bukan hanya pilihan, melainkan keharusan untuk tetap menjadi individu yang berdaya saing.
Para lifelong learner umumnya tidak memiliki banyak penyesalan dan menemukan kebahagiaan dalam proses mereka untuk terus berkembang, baik secara pribadi maupun profesional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mulai mengasah keterampilan dan pola pikir sebagai lifelong learner sejak usia dini dan melanjutkannya sepanjang hidup.
Dalam artikel ini, CEO Wall Street English Indonesia, Kish Gill, berbagi wawasan tentang pentingnya lifelong learning. Kish menyatakan, "Ada delapan komponen penting yang mendefinisikan seorang lifelong learner: Empat keterampilan dan empat atribut pola pikir."