Jakarta, FORTUNE - Amerika Serikat menghadapi PHK massal di tengah ancaman resesi yang menghantuinya. Situs web daftar pekerjaan teknologi, TrueUp, mencatat sejumlah perusahaan telah mengumumkan puluhan ribu PHK dan berencana untuk membekukan perekrutan dalam beberapa pekan terakhir.
Setidaknya ada 37 ribu pekerja yang sebagian besar berasal dari perusahaan teknologi, aset kripto, dan real estat terdampak pemutusan hubungan kerja sejak Mei.
JPMorgan Chase & Co, perusahaan investasi, bank dan layanan keuangan pun tak kebal atas kondisi tersebut. Mereka telah mengurangi jumlah karyawan saat pasar perumahan "mendingin" akibat kombinasi antara melambatnya permintaan konsumen, inflasi tinggi, dan kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed). Ada pula Century Aluminium Co, produsen aluminium terbesar kedua di negara itu, yang telah memberhentikan 600 pekerja.
Sialnya, sejumlah data perekonomian memberi sinyal bahwa PHK massal tersebut masih akan terus berlangsung di masa mendatang. Jam lembur manufaktur telah menurun selama tiga bulan berturut-turut dan menjadi penurunan terpanjang sejak 2015. Kemudian, rata-rata klaim tunjangan pengangguran dalam sebulan terakhir telah meningkat ke level tertinggi sejak Januari lalu.
Demikian pula dengan pertumbuhan upah di seluruh negeri yang terpantau mulai melandai. “Pekerja pasti kehilangan sebagian dari daya tawar mereka,” kata Bob Schwartz, ekonom senior di Oxford Economics. "Kami berada di titik kritis dan apa yang dilakukan The Fed akan mempercepat prosesnya."