Kementan Targetkan RI Bisa Kuasai 80% Pasar Ekspor Vanili Dunia

Butuh strategi pemasaran kuat agar ekspor vanili diminati.

Kementan Targetkan RI Bisa Kuasai 80% Pasar Ekspor Vanili Dunia
Ilustrasi penjemuran vanili kering. (Pixabay/Bigfoot)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kementerian Pertanian (Kementan) berharap produksi vanili asal Indonesia mampu menguasai lebih dari 80 persen pasar vanili dunia. Hal ini dikarenakan kualitas vanili Indonesia cukup baik dengan kadar di atas 2,75 persen dan mulai diminati oleh pasar dunia.

Selain itu, vanili saat ini juga menjadi komoditas perkebunan unggulan yang memiliki harga cukup tinggi, sekalipun dalam bentuk pangan mentah.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Andi Nur Alam Syah, mengatakan harga vanili basah, bisa mencapai 300-800 ribu rupiah per kilogramnya, sedangkan untuk vanili kering yang ditujukan untuk ekspor bisa lebih dari Rp3 juta per kg. “Potensi ini yang perlu kita garap bersama, dimulai dari hulu, perlu dilakukan penataan kebun, juga aspek keamanan kebun yang jadi titik sentral,” ujarnya dalam keterangan, Kamis (22/9).

Komoditas vanili semakin menarik karena tidak perlu energi besar dalam mencari buyer. Menurutnya, dengan sedikit sentuhan branding, vanili akan dengan cepat terjual. Namun demikian, mutu dan kualitas pascapanen vanili harus diperbaiki.

Vanili si emas hijau

Vanili. (Pixabay/DTelloc)

Andi menyampaikan bahwa vanili sudah menjadi emas hijau perkebunan Indonesia, dengan prospek yang masih terbuka lebar untuk ekspor. “Perlu strategi pasar yang kuat, salah satunya memperhatikan mutu dan kemasan produk, agar dapat bersaing di pasar global. Selain itu juga diperkuat dan diatahkan melalui e-commerce atau digital marketing platform,” katanya.

Kementan, kata Andi, akan terus mendorong para generasi muda, khususnya milenial untuk semakin berminat menggeluti bisnis perkebunan. “Kami mendukung kemitraan ekspor yang harus digali potensi-potensi petani milenial di tiap sentra produksi,” ucapnya.

Diketahui, Indonesia adalah salah satu dari lima besar produsen vanili dunia, bersama Madagaskar, Papua Nugini, Meksiko, dan Cina. Namun, potensi ini masih belum dikembangkan secara luas, walau daerah penghasil vanili cukup banyak di Indonesia, salah satunya Nusa Tenggara Timur (NTT).

Koperasi Desa Ekspor Indonesia

Budidaya tanaman vanili di Pandeglang. (ANTARAFOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Salah satu yang cukup gencar mengembangkan potensi bisnis vanili di mayarakat adalah Koperasi Desa Ekspor Indonesia, yang membantu para petani perkebunan vanili–seperti di Manggarai Barat, NTT–untuk mengekspor vanili ke sejumlah negara dan mengembangkan produk turunannya dalam rangkan meningkatkan nilai tambah.

Founder sekaligus Direktur Koperasi Desa Ekspor Indonesia, Mahdalena, mengatakan sejak November 2021 hingga saat ini, pihaknya sudah mengekspor vanili ke Jepang, sekalipun kuantitasnya masih sekitar 30-50 kg per bulannya. “Produk yang kami pasarkan dalam bentuk polong kering, namun saat ini kami sedang mengembangkan produk turunan seperti tepung, ekstrak, dan pasta vanili skala homemade,” ujarnya.

Produk-produk turunan ini siap dipasarkan pada pertengahan Oktober 2022 dan sudah ada pemesanan 500 botol per bulan di pasar lokal.

Pendampingan terhadap petani juga dilakukan oleh Koperasi Desa Ekspor Indonesia, untuk mutu vanili yang lebih baik lagi. “Kami harus berkolaborasi dengan para petani vanili senior di beberapa daerah dan para komunitas petani vanili agar aktif mendampingi poktan di daerahnya masing-masing,” kata Mahdalena.

Salah satu kisah petani vanili sukses

Petani Vanili. (ANTARAFOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Sementara itu, di daerah lain seperti Sukabumi, Kelompok Tani Riady Vanilla & Abdullah, mengaskan bahwa vanilli memang memiliki potensi sangat besar untuk dibudidayakan dan menjadi komoditas ekspor. Hal ini cukup tersegmentasi karena hanya bisa dilakukan di negara dengan iklim tertentu seperti Indonesia. Kompetitor pun masih sangat jarang, sehingga harga jualnya tinggi dengan keuntungan yang cukup besar.

“Salah satu motivasi saya mengembangkan vanili, karena sebagai rempah termahal setelah Safron. Hal ini membuat harga vanili internasional, terutama dalam bentuk kering sangat stabil,” kata Riady. “Kami sudah pernah jual ke hotel bintang lima di Jakarta, café and Bakery, serta ekspor ke luar negeri, seperti Singapura, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Belanda, sebanyak 50 kilogram.”

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya
IKN Menjadi Target Inovasi yang Seksi bagi Investor Luar Negeri
Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024
Museum Benteng Vredeburg Lakukan Revitalisasi Senilai Rp50 Miliar
Pemerintah Realisasikan Rp220 T Untuk 4 Anggaran Prioritas di Q1 2024
ERAL Kolaborasi dengan DJI dan Fujifilm di Kampanye Motion Creativity