Jakarta, FORTUNE - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Risono menargetkan smelter feronikel di Halmahera Timur senilai Rp4,04 triliun yang 80 persennya didanai melalui PMN dapat beroperasi pada September 2022.
Direktur Operasi dan Transformasi Bisnis Antam Risono menuturkan, konstruksi fasilitas pengolahan berkapasitas 13.500 ton nikel per tahun itu telah mencapai 98 persen. Dua persen sisanya hanya bisa tinggal menunggu ketersediaan listrik dari PT PLN (Persero).
"Sesuai dengan diskusi terakhir kemarin, rencananya PLN akan melakukan relokasi terhadap pembangkit listrik tenaga gas di wilayah Sumatra khususnya di Jakabaring yang kapasitasnya 50 MW dan Batanghari yang kapasitasnya 60 MW. Jadi memang nantinya yang akan digunakan PLTG oleh PLN," ujarnya.
Menurut Risono, proses pemindahan pembangkit listrik tersebut akan memakan waktu paling lambat 12 bulan. Kendati demikian, PLN masih berupaya mempercepat relokasi tersebut sehingga diharapkan smelter feronikel di Haltim sudah beroperasi pada akhir 2022.
"Terakhir kemarin kami juga sudah diskusi terkait pasokan gasnya. Konsepnya anak usaha PLN, PLN Gas dan Geothermal yang akan menjadi pemasok gasnya. Proposal untuk harga gas baru submit kemarin, dan kami sudah diskusi melalui kementerian BUMN harapannya kalau maksimal dari relokasi ini 12 bulan," jelasnya.
Selain PLTG Jakabaring dan Batanghari, kata Risono, PLN juga telah menyiapkan opsi relokasi PLTG Indralaya berkapasitas 75 megawatt. Pasalnya proses pemindahan pembangkit tersebut lebih cepat dibandingkan Jakabaring dan Batanghari.
Hanya saja, dibutuhkan proses pembangunan pondasi di Halmahera Timur sehingga akan menambah waktu untuk kegiatan konstruksi pembangkit.
"Memang ada lagi PLTG Indralaya yang sudah disiapkan di mana kapasitasnya 75 MW dan kalau direlokasi yang paling lama sebenarnya perlu pondasi. Best effort yang disampaikan PLN bisa 11 bulan namun Kementerian BUMN ingin mencari solusi lain yang lebih cepat di range 6-9 bulan," terangnya.